Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Bedah Buku Kyai Penggerak, Ungkap Sejarah Semarang Sebagai Kota Santri

PCNU Kota Semarang menggelar bedah buku "Teladan Sepanjang Zaman: Masterpiece Perjuangan Kyai Penggerak di Kota Semarang".

Penulis: Laili Shofiyah | Editor: M Zainal Arifin
Istimewa
BEDAH BUKU: Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang menggelar bedah buku "Teladan Sepanjang Zaman: Masterpiece Perjuangan Kyai Penggerak di Kota Semarang", di Situation Room Pemkot Semarang, Selasa (28/10). Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian peringatan Hari Santri 2025. (Dok) 

TRIBUNJATENg.COM, SEMARANG - Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang menggelar bedah buku "Teladan Sepanjang Zaman: Masterpiece Perjuangan Kyai Penggerak di Kota Semarang", di Situation Room Pemkot Semarang, Selasa (28/10).

Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian peringatan Hari Santri 2025.

Buku yang disusun Lembaga Ta'lif wan Nasyr (LTN) NU Kota Semarang ini memuat biografi 42 kiai. 

Bedah buku digelar agar masyarakat secara luas memahami dan mengetahui jasa besar dalam menyebarkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama'ah di Kota Semarang.

Ketua PCNU Kota Semarang K.H Dr. Anasom menerangkan, buku ini memberikan sejumlah dampak signifikan, seperti sejarah Semarang sebagai Kota Santri.

"Perjuangan para ulama ini berhasil menjadikan Semarang sebagai Kota Santri selama berabad-abad sejak abad ke-16 hingga awal 20, ditandai dengan banyaknya ulama dan pesantren yang lahir, salah satu yang paling berpengaruh adalah K.H Sholeh Darat," ujarnya.

Baca juga: "Semua Sedang Tidur" Kesaksian Santriwati Korban Atap Ponpes Ambruk di Situbondo, Temannya Tewas

Anasom pun mengapresiasi terbitnya buku ini. Sebab mengingatkan bahwa Semarang adalah Kota Santri.

"Buku ini kita harapkan menginspirasi generasi muda NU untuk meneladani perjuangan para kiai," sebutnya.

Wakil Wali Kota Semarang Iswar Aminuddin dalam sambutannya yang disampaikan Kabag Kesra Pemkot Semarang, Moh Ahsan menyatakan buku ini menjadi warisan intelektual yang sangat berharga.

"Kota Semarang yang maju saat ini tak lepas dari pondasi moral dan spiritual ulama terdahulu," ujarnya.

Ketua NU Care Lazisnu Kota Semarang Muhaimin mengatakan buku ini mejadi saksi nyata bahwa dakwah di Semarang tidak pernah berjalan di ruang kosong.

"Nama-nama yang ada di buku ini bukan sekadar bagian dari sejarah, melainkan teladan yang harus hidup, menyapa generasi kini, dan memberi arah bagi masa depan NU di Kota Semarang," terangnya.

Baca juga: Daftar 17 Kereta Dialihkan Rutenya Imbas Banjir Semarang, Tak Melintasi Satsiun Tawang dan Poncol

Sementara itu, Ketua LTN NU Kota Semarang Kholidul Adib juga berharap buku ini terus memberikan motivasi bagi pengurus maupun warga NU untuk terus menguatkan konsolidasi.

"Karena sebelum industrialisasi, sejak zaman Sunan Pandanaran, Semarang ini adalah kota santri," tandasnya. (Laili S/***)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved