Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Jateng

Tasyakuran PKB Jateng: Gus Dur dan Kiai Kholil Teladan Ulama Pemersatu Bangsa

PKB Jateng menggelar tasyakuran atas gelar pahlawan yang dianugerahkan kepada Syaikhona K.H. Kholil Bangkalan dan K.H Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Penulis: Adi Tri | Editor: galih permadi
Istimewa
Diskusi dalam acara tasyakuran atas Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional untuk Gus Dur dan Kiai Kholil 

Acara ini dihadiri para pengurus PKB Jateng, Sekretaris DPW H.Sukirman, Ketua LPP Sarif Abdillah, jajaran Dewan Syuro, serta para mahasiswa.

Diskusi menghadirkan pembicara Aguk Irawan, penulis buku Peci Miring: Kisah Pengembaraan Intelektual Gus Dur, Direktur Klub Merby Grace W Susanto, serta Gus Yusuf.

Grace menyebut sering berinteraksi dengan Gus Dur maupun keluarganya.

"Gus Dur itu bapak Bangsa, ngopeni minoritas seperti saya ini," ungkapnya.

Adapun Aguk menceritakan perjalanan Gus Dur dalam pendidikannya.

"Saat SMP termasuk saat mondok di Krapyak Yogyakarta sudah mengenal buku-buku Marxis, Lenin dan karya-karya pemikir luar negeri," terangnya.

Gus Dur, jelas Aguk, baru terarah ke ilmu tasawuf saat mondok di Tegalrejo Magelang yang  diasuh K.H Chudlori, ayah dari Gus Yusuf.

Adapun Gus Yusuf menyebut saat Gus Dur mondok di Tegalrejo, sang ayah mampu mengarahkan yang bersangkutan fokus mempelajari ilmu pesantren.

"Soal cerita Gus Dur mengambil ikan di kolam pondok, ternyata itu adalah memahamkan kita berpolitik," terangnya.

Gus Yusuf mengakui berbagai kontroversi yang kerap muncul dari Gus Dur, merupakan sebuah proses mencerdaskan politik.

Gus Yusuf menambahkan, saat muncul Partai Kebangkitan Nahdlatul Ulama (PKNU), maupun anaknya Yenni Wahid mendirikan partai, Gus Dur tetap memberikan pesan kepada dirinya untuk tetap di PKB.(***) 

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved