Dosen Untag Semarang Tewas di Kostel
Terbaru, Keluarga Ungkap Kejanggalan Tewasnya Dosen Untag, Ada Kiriman Foto Korban dari Nomor Asing
Keluarga dosen muda Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang, DLL (35), angkat bicara soal kasus kematian korban.
Penulis: Nal | Editor: M Zainal Arifin
Ringkasan Berita:
- Keluarga dosen muda Untag Semarang, DLL (35), mengungkap adanya sejumlah kejanggalan dalam kematian korban.
- Kejanggalan tersebut di antaranya ada kiriman foto jenazah korban dari nomor asing yang diduga milik AKBP Basuki.
- Kecurigaan keluarga meningkat karena informasi kematian diterima terlambat serta ditemukannya fakta bahwa korban tercantum dalam satu kartu keluarga bersama AKBP Basuki.
- Kuasa hukum keluarga meminta Polda Jateng menangani kasus ini secara transparan.
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Keluarga dosen muda Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang, DLL (35), angkat bicara soal kasus kematian korban.
Mereka menyebut, kematian DLL ada sejumlah kejanggalan di antaranya ada nomor asing yang menghubungi nomor seorang kerabat.
Nomor itu mengirimkan foto korban dalam yang ditemukan tewas tanpa busana di sebuah kamar kos-hotel (kostel) Jalan Telaga Bodas Raya, Karangrejo, Gajahmungkur, Kota Semarang, Senin (17/11) lalu.
Namun, foto itu lantas dihapus oleh si pengirim.
"Bude kami mendapatkan kiriman foto dari nomor asing, tapi kemudian dihapus oleh si pengirim,” kata kakak korban, Perdana Cahya Devian Melasco, Kamis (21/11).
“Dalam foto itu simpang siur (diduga ada bercak darah--Red) sehingga menambah kecurigaan," sambungnya.
Belakangan, keluarga baru mengetahui bahwa pengirim nomor asing tersebut diduga dari nomor pribadi AKBP Basuki.
Keluarga yang menaruh curiga atas kematian korban yang mendadak dan terkesan ditutup-tutupi tersebut lantas memutuskan untuk melakukan autopsi atau bedah mayat.
"Kami akhirnya memutuskan autopsi karena merasa ada yang janggal di situ," kata Vian, sapaan akrabnya.
Baca juga: AKBP Basuki Kasubdit Dalmas Polda Jateng Terancam Dipecat, Buntut Kumpul Kebo dengan Dosen Untag
Kecurigaan keluarga juga bertambah karena mendapatkan informasi kematian korban, pada Senin pukul 18.00 WIB. Padahal korban ditemukan meninggal dunia subuh.
"Kampus beralasan sedang mencari nomor saya karena mereka tidak punya nomor kontak keluarga dari Levi (korban DLL--Red)," terangnya.
Menurut Vian, selama ini adiknya tidak pernah bercerita soal kondisi kesehatannya. Selama ini, korban dikenal sebagai sosok yang ramah, tapi cenderung tertutup soal kehidupan pribadinya.
"Selama ini saya kurang begitu paham soal kondisi kesehatannya karena (korban) nggak pernah cerita," katanya.
Keluarga korban juga baru mengetahui bahwa DLL tercantum dalam satu kartu keluarga (KK) dengan AKBP Basuki.
Devian menyebut, sudah mengetahui korban sudah berpindah KK, sejak tahun 2024.
Kala itu, ia hendak mengurus KK baru selepas ibunya meninggal dunia.
Namun, ternyata adiknya sudah berpindah KK.
"Di situlah saya kaget, ketika hanya nama saya yang ada di KK itu. Saya tidak bertanya lebih jauh karena (korban) orangnya tertutup," bebernya.
Kuasa hukum keluarga korban DLL, Zainal Abidin Petir mengungkap, AKBP Basuki diduga sempat mengirim foto korban yang meninggal dunia kepada salah satu kerabat korban, tetapi foto itu kemudian dihapus.
"Dalam foto itu diduga ada bercak di paha dan perut. Foto itu belum sempat disimpan (oleh penerima—Red), dihapus lagi," katanya.
Baca juga: Fakta Baru Terungkap: AKBP Basuki Ternyata Satu Kamar dengan Dosen Muda Untag Saat Meninggal
Zainal mengungkap, AKBP Basuki sempat meminta barang pribadi korban seperti laptop dan handphone kepada para penyidik, yang melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di kamar korban.
Namun, permintaan korban ditolak oleh para penyidik di lapangan.
"AKBP B ini juga panik di lokasi kejadian. Kami menduga kepanikan tersebut ada sesuatu yang disembunyikan," bebernya.
Ia memastikan, korban DLL masuk dalam satu KK dengan AKBP Basuki. Kepastian ini diperolehnya ketika mengurus akta kematian korban di dinas terkait.
"Korban dimasukkan ke KK dengan status hubungan family lain. Di KK itu ada empat orang, AKBP B, istrinya, seorang anak, dan korban," ujarnya.
Dari kasus ini, ia mendesak Polda Jateng agar menangani kasus ini secara professional.
"Polda harus menangani kasus secara transparan dan jangan ditutup-tutupi," katanya. (Iwan Arifianto/Achiar M Permana)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/20251118_evakuasi-dosen.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.