Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kajen

Tak Hanya Gizi, Program MBG Juga Buka Lapangan Kerja di Desa Kulu, Pekalongan

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak hanya memberikan manfaat dari sisi pemenuhan gizi masyarakat, tetapi juga membuka lapangan kerja bagi warga.

Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: raka f pujangga
Tribunjateng/Indra Dwi Purnomo
SPPG KULU PEKALONGAN - Suasana dapur MBG di SPPG Kulu, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah. Pemilik Yayasan Cahaya Inspirasi Dunia, Sutriyanto mengatakan,  keberadaan program MBG turut membantu pemerintah desa dalam mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. 

TRIBUNJATENG.COM, KAJEN - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak hanya memberikan manfaat dari sisi pemenuhan gizi masyarakat, tetapi juga membuka lapangan kerja bagi warga sekitar.

Melalui pengelolaan dapur MBG yang dijalankan oleh Yayasan Cahaya Inspirasi Dunia, puluhan warga Desa Kulu kini mendapat kesempatan untuk bekerja dan meningkatkan ekonomi keluarga.

Pemilik Yayasan Cahaya Inspirasi Dunia, Sutriyanto, menjelaskan program tersebut dirancang bukan hanya untuk memastikan ketersediaan makanan bergizi bagi masyarakat, tetapi juga untuk menciptakan solusi ketenagakerjaan di daerah.

Baca juga: Bangunan Dapur MBG Disorot, Pemkot Pekalongan Minta SPPG Segera Penuhi Syarat Teknis

"Kami ingin agar program ini berdampak ganda. Selain menyediakan makanan bergizi, juga bisa menjadi sarana pemberdayaan masyarakat."

"Para relawan di dapur MBG kami rekrut dari berbagai kalangan, seperti ibu rumah tangga, korban PHK, hingga anak muda yang baru lulus sekolah," ujar Sutriyanto, kepada Tribunjateng.com, Jumat (31/10/2025).

Menurutnya, saat ini terdapat 47 relawan yang aktif bekerja di dapur MBG SPPG Kulu.

Sesuai petunjuk teknis, 50 persen tenaga kerja berasal dari warga setempat. Namun, antusiasme masyarakat cukup tinggi. 

Dari 250 pelamar, sekitar 70 persen warga Desa Kulu diterima bekerja di dapur MBG.

"Kami ingin memprioritaskan masyarakat sekitar. Dengan begitu, manfaat program ini bisa langsung dirasakan warga, baik yang bekerja di dapur maupun yang ikut menyuplai bahan baku makanan," terangnya.

Sutriyanto menambahkan, keberadaan program MBG turut membantu pemerintah desa dalam mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.

Selain tenaga kerja tetap, sejumlah warga juga dilibatkan sebagai penyedia bahan pangan lokal seperti sayur, ayam, dan telur.

"Kami benar-benar berupaya melibatkan masyarakat sekitar, agar semua merasakan manfaat. Ini juga membantu meringankan beban pemerintah desa dalam menyediakan lapangan kerja," ujarnya.

Sementara itu, Kepala SPPG Kulu, Asad Ubaidirrohman, mengatakan bahwa setiap hari pihaknya mampu menyalurkan hingga 3.489 ompreng makanan bergizi ke berbagai titik di Desa Kulu dan sekitarnya.

Respons positif dari masyarakat menjadi bukti, bahwa kualitas dan rasa makanan MBG benar-benar dijaga.

"Ada anak-anak sekolah yang bilang, 'Hari ini enak banget, Bu!' Bahkan ada yang kasih tip Rp 500 sampai Rp 2.000. Mereka juga kadang request menu tertentu, dan kalau memungkinkan, kami penuhi," ujar Asad.

Bahkan, beberapa siswa di salah satu SD di Desa Kulu memberi 'bintang lima' sebagai bentuk apresiasi terhadap cita rasa menu MBG yang disajikan.

Ia menjelaskan, proses pengolahan makanan dilakukan secara ketat untuk memastikan setiap porsi yang dikirim tetap higienis dan bergizi. Semua bahan baku, seperti sayuran, buah, dan daging, disortir dengan cermat. Bila ditemukan bahan yang tidak layak, langsung dikembalikan ke pemasok untuk diganti.

"Kami benar-benar menjaga kualitas. Semua bahan diseleksi sebelum dimasak."

"Kalau ada sayur busuk, langsung kami kembalikan. Suhu makanan pun kami jaga agar tetap sesuai standar sebelum dibagikan," terangnya.

Selain program MBG reguler, SPPG Kulu juga telah menjalankan program Bantuan Pangan Bergizi (B3) bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita di Desa Kulu. Program ini sudah berjalan selama satu bulan, dengan 131 penerima manfaat.

Menu MBG sendiri dirancang seminggu sekali untuk enam hari penyajian, dengan variasi yang memperhatikan nilai gizi dan selera anak-anak.

"Kami ingin anak-anak tidak bosan, jadi menunya berganti setiap minggu," tambahnya.

Menariknya, para relawan di dapur MBG SPPG Kulu berasal dari berbagai latar belakang. Ada yang sebelumnya pencari barang rongsokan hingga mantan anak nakal.

Namun, kini mereka bekerja dengan penuh tanggung jawab dan profesional.

Baca juga: Peluang Emas Petani, Pemkab Kebumen Dorong Beras Lokal Jadi Bahan Baku Utama Program MBG

"Sebelum bekerja, kami ingatkan bahwa di SPPG harus profesional. Alhamdulillah, semua relawan bekerja dengan baik dan disiplin," ujarnya.

Kendati demikian, Asad mengaku tidak semua permintaan sekolah bisa dipenuhi. Beberapa sekolah di luar Kecamatan Karanganyar, seperti di Desa Nyamok, Kecamatan Kajen pernah mengajukan kerja sama, namun tidak dapat dilayani karena aturan baru melarang lintas kecamatan.

"Sesuai juknis terbaru, kami hanya bisa melayani wilayah maksimal 20 menit dari dapur. Jadi yang jauh seperti SMK Diponegoro Kayuguritan belum bisa kami layani," jelasnya. (Dro)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved