Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tak Ada Niat Merendahkan, Menteri Agama Minta Maaf Terkait Pernyataan Soal Profesi Guru

Giliran Menteri Agama Nasaruddin Umar menjadi sorotan karena pernyataannya soal profesi guru yang tengah viral

Penulis: Msi | Editor: muslimah
Ist
Menag Prof. Nasaruddin Umar 

TRIBUNJATENG.COM – Giliran Menteri Agama Nasaruddin Umar menjadi sorotan karena pernyataannya soal profesi guru yang tengah viral di media sosial.

Untuk itu, Menag pun menyampaikan permohonan maafnya.

Ia menegaskan tak bermaksud merendahkan profesi guru, justru sebaliknya.

Baca juga: Ojol yang Pakai Sepatu Jutaan saat Ketemu Wapres Muncul, Pertemuan Gibran dan Ojol Benar Settingan?

Baru-baru ini pernyataan Nasaruddin Umar soal profesi guru tengah jadi sorotan publik.

Dalam potongan video yang beredar, Nasaruddin mengucapkan "Kalau mau cari uang jangan jadi guru, jadi pedagang lah".

Hal tersebut terjadi saat Menag membuka acara Pembukaan Pembelajaran Pendidikan Profesi Guru (PPG) Batch 3 Tahun 2025 di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Rabu (3/9/2025).

PPG Batch 3 di UIN Syarif Hidayatullah adalah gelombang ketiga dari program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama RI pada tahun 2025. PPG Batch 3 di UIN Syarif Hidayatullah diikuti oleh 206.411 guru dari seluruh Indonesia. Termasuk guru Pendidikan Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha.

Tujuan program memberikan sertifikasi pendidik kepada guru yang sudah aktif mengajar, meningkatkan kompetensi, profesionalisme, dan integritas guru lintas agama, dan mendorong transformasi guru dari sekadar pengajar menjadi pendidik yang berjiwa dan berkarakter. 

Dengan adanya tambahan kesejahteraan sebesar satu kali gaji pokok, maka seorang guru PNS dengan gaji terendah di golongan I akan mengalami kenaikan gaji menjadi Rp3.371.400 pada tahun 2025.

Gaji guru honorer sangat bergantung pada kebijakan sekolah dan daerah, dan masih jauh dari layak di banyak wilayah.

Jika melihat pada skema gaji ini, guru belum sepenuhnya dapat dikatakan sejahtera. Hal ini, karena ketimpangan besar antara guru PNS dan honorer. Banyak guru honorer tanpa tunjangan tetap, bahkan harus kerja sampingan.

Tunjangan profesi baru diberikan jika guru sudah bersertifikasi PPG.

Kenaikan gaji dan tunjangan mulai diberlakukan tahun 2025, tapi implementasi masih bertahap.

Anggaran kesejahteraan guru naik menjadi Rp81,6 triliun, namun masih kalah dibanding alokasi untuk program lain seperti MBG.

Perbandingan antara profesi guru dan pedagang di Indonesia mencerminkan dua jalur penghidupan yang sangat berbeda baik dari segi tujuan, tantangan, maupun penghargaan sosial.

Guru memilih jalur pengabdian. Tujuannya bukan semata mencari uang, melainkan mencerdaskan generasi dan membentuk karakter bangsa.

Guru menghadapi tantangan birokrasi, beban kerja administratif, dan ketimpangan kesejahteraan—terutama bagi guru honorer.

Guru sering dipuji sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, tapi secara ekonomi belum sepenuhnya dihargai.

Sementara itu, pedagang berorientasi pada keuntungan. Tujuannya adalah keberlanjutan usaha, pertumbuhan modal, dan kestabilan ekonomi pribadi. Pedagang bergulat dengan risiko pasar, fluktuasi harga, modal usaha, dan persaingan yang bisa sangat brutal. Pedagang mungkin tidak mendapat pujian moral, tapi bisa meraih pengakuan sosial lewat kesuksesan finansial.

Sehingga pernyataan Nasaruddin Umar yang menyebut “kalau mau cari uang jangan jadi guru, jadi pedaganglah.” menimbulkan kontroversi.

Kini menanggapi pernyataannya itu, Menag Nasaruddin Umar pun menyampaikan klarifikasi sekaligus permohonan maaf.

Nasaruddin menyebut bahwa tidak ada niat sedikit pun untuk merendahkan profesi guru.

"Saya menyadari bahwa potongan pernyataan saya tentang guru menimbulkan tafsir yang kurang tepat dan melukai perasaan sebagian guru.

Untuk itu, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Tidak ada niat sedikit pun bagi saya untuk merendahkan profesi guru.

Justru sebaliknya, saya ingin menegaskan bahwa guru adalah profesi yang sangat mulia, karena dengan ketulusan hati merekalah generasi bangsa ditempa," ujar Menag, dikutip dari laman resmi Kemenag pada Rabu (3/9/2025).

Imam Besar Masjid Istiqlal itu menambahkan, ia juga seorang guru, sehingga memahami bahwa guru butuh kesejahteraan yang layak.

"Puluhan tahun hidup saya, saya abdikan di ruang kelas, mendidik mahasiswa, menulis, dan membimbing.

Karena itu, saya sangat memahami bahwa di balik kemuliaan profesi ini, guru tetap manusia yang membutuhkan kesejahteraan yang layak," imbuhnya.

Lebih lanjut, Menag juga menegaskan bahwa pemerintah, khususnya melalui Kementerian Agama, terus berkomitmen menghadirkan langkah nyata untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas guru.

Berbagai langkah nyata terus dilakukan, misalnya, tahun ini sebanyak 227.147 guru non-PNS menerima kenaikan tunjangan profesi.

Jika sebelumnya mereka memperoleh Rp1,5 juta per bulan, kini jumlahnya bertambah Rp500 ribu sehingga menjadi Rp2 juta per bulan.

Tak hanya itu, perhatian juga diberikan pada peningkatan kompetensi.

Saat ini, lebih dari 102 ribu guru madrasah dan guru pendidikan agama tengah mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan.

Bila ditotal, sepanjang 2025 ada 206.411 guru yang menjalani program penting ini.

Padahal, pada 2024 hanya 29.933 yang ikut PPG.

Artinya ada kenaikan hingga 700 persen pada tahun ini.

PPG bukan sekadar pelatihan, tetapi juga menjadi syarat utama bagi guru untuk mendapatkan Tunjangan Profesi Guru (TPG).

Dalam tiga tahun terakhir, Kementerian Agama juga telah membuka jalan lebih luas bagi para pendidik honorer.

Sebanyak 52 ribu guru honorer berhasil diangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

"Semua ini adalah bentuk nyata perhatian negara bagi peningkatan kesejahteraan sekaligus penguatan kapasitas para guru," ujar Menag.

Di akhir pernyataannya, Menag kembali menegaskan bahwa guru adalah profesi yang bukan sekadar pekerjaan, melainkan panggilan jiwa.

"Bagi saya, guru bukan hanya pekerjaan, tetapi panggilan jiwa. Dan karena kemuliaannya itulah negara wajib hadir memperhatikan kesejahteraannya. Mari kita bersama menjaga martabat guru, sebab dari tangan merekalah masa depan bangsa lahir dan tumbuh," pungkasnya. (Tribunnews)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved