Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Viral

10 Fakta Kakek Ocang Tewas Lawan King Kobra 4 Meter, Panji Petualang Ungkap Analisis Lengkap

Tak jauh dari tubuhnya, terdapat ular king cobra sepanjang empat meter yang sudah mati, dengan kepala tertancap kayu. Diduga, ular itu sempat dilawan

|
Penulis: Puspita Dewi | Editor: galih permadi
Kompas.com
KING KOBRA -Warga Kampung Cipetir, Desa Cidadap, Sukabumi, dikejutkan oleh kematian tragis seorang petani tua bernama Abah Ocang (73). Ia ditemukan tewas setelah berduel melawan seekor king kobra sepanjang 4 meter di kebun karet miliknya. 

10 Fakta Kakek Ocang Tewas Lawan King Kobra 4 Meter, Panji Petualang Ungkap Analisis Lengkap

TRIBUNJATENG.COM - Warga Kampung Cipetir, Desa Cidadap, Sukabumi, dikejutkan oleh kematian tragis seorang petani tua bernama Abah Ocang (73). Ia ditemukan tewas setelah berduel melawan seekor king kobra sepanjang 4 meter di kebun karet miliknya.

Peristiwa ini menjadi viral di media sosial dan mendapat perhatian luas, termasuk dari Panji Petualang, pawang ular sekaligus presenter acara satwa liar.

Berikut 10 fakta lengkap di balik tragedi langka ini.

Baca juga: 10 Fakta Perselingkuhan Polisi dan Bu Guru Istri Polisi Senior di Kendal: Polda Jateng Turun Tangan

Kabar Duka, Ita Meninggal Dunia

10 Fakta Ibu Persit Istri TNI Selingkuh dengan Bawahan Suami, Terbongkar Saat Mandi

Duduk Perkara Lucky Hakim Bupati Indramayu Mau Dipulangkan ke Cilacap, Sudah Disiapkan Bus

1. Korban tewas di kebunnya sendiri 

Abah Ocang adalah sosok petani sepuh yang dikenal ulet dan setiap hari bekerja di kllllllllllllllllebun karet. Warga mengenalnya sebagai pribadi pendiam yang jarang berkonflik. Pagi itu, seperti biasa, ia berangkat ke kebun tanpa firasat buruk. Tak ada yang menyangka, rutinitasnya berubah menjadi tragedi.

Peristiwa terjadi di kawasan kebun miliknya di Kampung Cipetir, Desa/Kecamatan Cidadap, yang berjarak sekitar satu kilometer dari rumahnya.

 


2. Panji Petualang menduga pertemuan terjadi secara tidak sengaja

Panji Petualang, yang dikenal lewat program satwa liar di televisi, menilai duel maut ini kemungkinan besar diawali oleh pertemuan tak disengaja antara manusia dan ular liar di habitat alami.

 “Kalau lihat dari kronologinya itu sepertinya memang ada konflik pertemuan antara si Abah ini dengan ular di kebun di saat beliau beraktivitas,” ujar Panji.

Menurut Panji, ular jenis king kobra memiliki wilayah teritorial luas, namun jarang menyerang tanpa alasan. 

Dugaan terkuat, keduanya bertemu secara kebetulan di area kebun yang lembap dan rindang, tempat yang ideal bagi ular besar untuk bersembunyi.

 


3. Rasa panik membuat Abah Ocang memukul ular

Masih menurut Panji, korban kemungkinan besar merasa takut begitu melihat ukuran ular yang luar biasa besar. Rasa panik tersebut membuatnya spontan bertindak defensif dengan cara memukul ular menggunakan kayu.

“Mungkin karena ada faktor ketakutan dari si Abahnya mengingat ular itu besar, jadi Abah ini berinisiatif hendak membunuh ularnya gitu atau memukul ular dengan menggunakan kayu,” katanya.

Namun, tindakan tersebut justru membuat ular merasa terancam. Dalam dunia satwa liar, kata Panji, king cobra akan bertahan mati-matian jika diserang, meskipun awalnya tidak berniat menyerang manusia.


4. King cobra sejatinya bukan ular agresif terhadap manusia


“Walau King Cobra sekalipun mereka walaupun teritorial tapi terhadap manusia mereka itu takut secara alami. Mereka akan jadi agresif ketika mereka diganggu atau diusik,” jelasnya.

Dengan kata lain, insiden tragis ini mungkin tak akan terjadi jika tidak ada interaksi langsung yang dianggap mengancam oleh ular tersebut. King cobra biasanya lebih memilih kabur ketimbang bertarung, kecuali saat terpojok.

 

5. Jenis serangan: King cobra tidak menyemburkan bisa

Banyak masyarakat awam mengira semua kobra bisa menyemburkan racunnya. Namun Panji meluruskan bahwa king cobra memiliki karakteristik berbeda.

“Kalau King Cobra ini dia biasanya gigit jadi dia enggak nyemburin bisa,” ujarnya.

Artinya, gigitan langsung menjadi cara utama ular ini menyerang. Dengan panjang tubuh mencapai empat meter, satu gigitan saja cukup untuk menyuntikkan racun dalam jumlah besar yang mematikan dalam waktu singkat.

 

6. Racunnya bekerja cepat dan mematikan sistem tubuh

Panji menjelaskan secara ilmiah bahwa racun dari king cobra memiliki kombinasi neurotoksik, hemotoksik, dan kardiotoksik, yang memengaruhi saraf, darah, dan jantung secara bersamaan.

“Bisa (ular) neurotoxic dan hemotoksik serta kardiotoksiknya itu menjalar ke seluruh tubuh secara sistemik dengan cepat sehingga membuat ia (korban) mengalami gagal napas dan mengalami kematian mendadak di TKP,” ungkap Panji.

Dengan kondisi korban yang sudah lanjut usia, tubuh Abah Ocang kemungkinan tak mampu menahan efek racun yang menyebar begitu cepat setelah gigitan terjadi.

 

 

7. Kemungkinan lain: korban menginjak ular tanpa sadar

Selain dugaan serangan akibat rasa panik, Panji juga membuka kemungkinan bahwa ular itu menggigit karena terinjak tanpa sengaja.

 “Bisa jadi korban ini sebelumnya menginjak ular tersebut di bagian ekor atau tubuhnya, karena kalau di alam ular ini pandai kamuflase. Jadi ketika beliau sedang berjalan di sekitar kebun itu bisa jadi keinjak ularnya lalu menyerang,” katanya.

King cobra memang ahli berkamuflase di antara semak, tanah, dan dedaunan kering. Bagi orang lanjut usia seperti Abah Ocang, penglihatan yang mulai menurun bisa membuatnya tidak sadar sedang mendekati ular besar.


8. Jenazah ditemukan oleh tetangga dalam kondisi mengenaskan

Korban pertama kali ditemukan oleh tetangganya, Erwanto (40), pada Senin (6/10) pagi, saat hendak menyadap pohon karet. Ia menemukan jasad Abah Ocang tergeletak di jalan setapak, hanya beberapa meter dari rumah korban.

Tak jauh dari tubuhnya, terdapat ular king cobra sepanjang empat meter yang sudah mati, dengan kepala tertancap kayu. Diduga, ular itu sempat dilawan oleh korban sebelum keduanya sama-sama tewas.

 

9. Polisi memastikan korban tewas karena gigitan ular berbisa

Hasil penyelidikan kepolisian memperkuat dugaan Panji. Menurut Kanit Reskrim Polsek Sagaranten, Aiptu Yadi Supriyadi, dari olah tempat kejadian perkara (TKP), ular memang menjadi penyebab kematian korban.

 “Tidak jauh dari korban terdapat seekor ular kobra sepanjang empat meter yang sudah mati dan tertancap kayu, sehingga dugaan sementara korban meninggal akibat serangan gigitan dari ular kobra sepanjang empat meter,” jelasnya.

Yadi menambahkan, ular tersebut diduga sudah mati setelah sempat diserang balik oleh korban, karena di tubuh ular ditemukan luka tusukan kayu.


10. Luka gigitan di kaki jadi bukti kuat serangan

Polisi juga menemukan luka bekas gigitan di bagian sela-sela jempol kaki kanan korban. Luka tersebut menunjukkan tanda-tanda keracunan akibat bisa ular.

“Korban menderita luka akibat gigitan atau dipatuk di bagian kaki sela-sela jempol sebelah kanan yang mengakibatkan kaki berwarna lebam kebiru-biruan,” ungkap Yadi.

Kondisi itu mengindikasikan bahwa racun menyebar dari bawah tubuh ke sistem saraf pusat dengan cepat, sehingga menyebabkan gagal napas hanya dalam hitungan menit.

(*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved