Tribun Jateng Hari Ini
Antisipasi Dampak Digitalisasi, Menkomdigi Ajak Orangtua Saling Sharing lewat Microsite PP Tunas
tujuan utama platform itu adalah membantu orangtua menerapkan prinsip-prinsip perlindungan anak di ruang digital sebagaimana diatur dalam PP Tunas.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengajak para orangtua, khususnya para ibu, untuk aktif berpartisipasi dalam melindungi anak-anak dari ancaman dunia digital.
Hal itu dapat dilakukan melalui microsite PP Tunas, sebuah platform edukasi dan berbagi pengalaman berkait dengan perlindungan anak di ruang digital.
Menurut dia, microsite itu merupakan bagian dari implementasi Peraturan Pemerintah tentang Tata Kelola dan Perlindungan Anak di Ruang Digital (PP Tunas) yang telah diterbitkan pemerintah.
“Ini tertuliskan dalam PP Tunas, di mana microsite ini nanti menjadi wadah pengetahuan bagi para bunda-bunda untuk mengerti bagaimana membawa anaknya di era digital,” katanya, di Jakarta, akhir pekan lalu.
Meutya menuturkan, platform itu tidak hanya akan diisi konten resmi dari pemerintah, tetapi juga menjadi ruang berbagi pengalaman dan tips dari para orangtua.
“Kami harapkan microsite ini nanti diisi sharing pengalaman dari bunda-bunda, tips-tips parenting, dan juga dari para pakar yang akan mengisi konten-konten di sana,” harapnya.
Dia menambahkan, Microsite PP Tunas nantinya antara lain akan memuat panduan berkait dengan aplikasi dan permainan (game) yang aman bagi anak-anak.
“Termasuk misalnya mana aplikasi yang aman untuk anak, mana aplikasi yang untuk dewasa, mana games yang bisa dimainkan oleh anak-anak usia tertentu, karena ada games yang belum boleh untuk usia tertentu,” jelasnya.
Meutya menyatakan, tujuan utama platform itu adalah membantu orangtua menerapkan prinsip-prinsip perlindungan anak di ruang digital sebagaimana diatur dalam PP Tunas.
Ia berujar, microsite itu diharapkan menjadi rumah digital bagi para orangtua. “Jadi pada dasarnya ini panduan untuk bisa menerapkan dan mengaktifkan PP Tunas,” ujarnya.
“Kami membuatkan platform, tapi yang mengisi itu justru bunda-bunda. Mereka yang paling paham dan bisa saling berbagi pengalaman, termasuk para pendidik,” sambungnya.
Meutya juga mengingatkan ancaman di dunia digital semakin kompleks, termasuk kekerasan seksual daring dan aktivitas rekrutmen terorisme melalui permainan online.
“Sepintas kelihatan aman, tapi ternyata di dalamnya bisa ada macam-macam, bahkan kemarin BNPT melaporkan ada satu game yang digunakan untuk aktivitas rekrutmen teroris,” bebernya.
Ia menegaskan, kolaborasi antarorang tua menjadi kunci dalam menjaga anak-anak agar tidak menjadi korban di ruang digital.
“Tugas kita, bunda-bunda, untuk melindungi. Tapi agak sulit kalau tidak saling sharing, karena dunia digital ini luas sekali, dan aplikasinya makin beragam,” jelasnya. (Kompas.com/Kiki Safitri)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/Menteri-Komunikasi-dan-Digital-Meutya-Hafid-1.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.