Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tribunjateng Hari Ini

'Kita Tak Mau Anak-anak Dikasih Makanan Basi Terus', Indef Catat 4.000 Siswa Keracunan MBG 

Kasus keracunan MBG masih banyak terjadi di berbagai daerah. Indef mencatat, selama 8 bulan terakhir setidaknya 4.000 anak jadi korban keracunan MBG.

|
Penulis: Yayan | Editor: muslimah
Tribunjateng/bramkusuma
Jateng Hari Ini, Sabtu, 6 September 2025 

TRIBUNJATENG.COM - Kasus keracunan menu Makan Bergizi Gratis (MGB) kembali terjadi. Sejumlah murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Selat, Kecamatan Narmada, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), dilaporkan mengalami keracunan setelah menyantap MBG, Rabu (3/9/2025). Sementara di Situbondo, Jawa Timur, 232 siswa di SMAN 1 Panji, mengalami diare setelah mengonsumsi MBG, pada Kamis (4/9/2025).

Sejak awal tahun 2025, berdasarkan catatan Institute for Development of Economics and Finance (Indef), setidaknya 4.000 siswa dari berbagai wilayah di Indonesia, menjadi korban keracunan MBG dalam delapan bulan terakhir. Oleh karenanya, Indef mendesak pemerintah untuk menghentikan sementara program yang menjadi prioritas Presiden Prabowo Subianto.

“Kami mendorong agar setelah evaluasi, setelah dihentikan sementara, kemudian dievaluasi,” ujar Kepala Pusat Ekonomi dan UMKM Indef, Izzudin Al Farras, Kamis (4/9). 

Baca juga: RSUD Kewalahan Tangani Korban Keracunan MBG di Lebong Bengkulu yang Jumlahnya Capai 281 Siswa

Baca juga: Nasib Guru di Sleman Setelah Viral Diminta Mencicipi MBG, Ikut Keracunan Bersama 378 Siswa

Ketua Gugus 4 Kecamatan Narmada, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Bahrudin, yang menjadi pemantau program MBG pada tujuh sekolah, menyebut kasus keracunan buka kali ini saja terjadi. Kata dia, sebelumnya juga terjadi kasus serupa di sekolah lain. 

“Setelah pelaksanaan MBG, ditemukan kasus keracunan di SDN 1 Selat ada 17 anak dan SDN 2 Nyur Lembang ada 2 anak, besar dugaan kita memang akibat makanan yang dikonsumsi pada sajian menu MBG ini,” katanya, Jumat (5/9).

Ia mengungkapkan buruknya kualitas makanan yang disediakan di sekolah-sekolah di wilayah tersebut. Kata bahrudin, sejak dimulainya program MBG pada 19 Agustus 2025 lalu, sekolah-sekolah di bawah Gugus 4 Kecamatan Narmada sering mengeluhkan kualitas makanan yang didistribusikan kepada siswa. 

“Semua makanan yang datang itu sudah dingin, jadi kadang ada yang sampai di sekolah juga sudah pada basi,” ujar Bahrudin. 

Ia menyampaikan, rata-rata keluhan guru dan wali murid sama. MBG yang seharusnya menjadi upaya pemenuhan gizi anak sekolah, kini malah menjadi makanan yang meracuni anak didik. 

Dia menegaskan, letak kekeliruan MBG ini terjadi pada pendistribusian makanan yang terlalu lama. “Bayangkan proses memasaknya saja dimulai pukul 02.00 dini hari, makanan baru dikonsumsi siswa sekitar pukul 09.00, sehingga makanan sudah dibungkus dan didistribusikan selama berjam-jam. Ini berpotensi menurunkan kualitas dan keamanan makanan,” tegasnya. 

Dengan sistem distribusi seperti itu, ia khawatir siswa bukannya mendapatkan asupan gizi, tetapi justru mengonsumsi makanan yang bisa menjadi racun. Terlebih, bila dikonsumsi dalam jangka waktu panjang. 

“Kita nggak mau anak kita terus-menerus dikasih makanan basi. Memang saat di dapur umum mungkin diperiksa oleh BGN (Badan Gizi Nasional), tapi itu saat masih fresh-nya. Sampai sekolah malah nggak ada pemeriksaan lagi, padahal di sana dia harusnya lebih diprioritaskan diperiksa (kualitas MBG),” tegasnya lagi. 

Dia mengusulkan agar pemerintah seharusnya membuat cabang dapur di beberapa lokasi yang dekat dengan sekolah. Bayangkan, lanjut dia, di Desa Narmada saja satu dapur melayani 3.500 siswa, hal ini justru menyebabkan persiapan dan distribusi memakan waktu lama. 

“Agar juga distribusinya lebih cepat dan makanan tetap segar saat dikonsumsi siswa,” pungkasnya.

Terpisah, Waka Kesiswaan SMAN 1 Panji, Situbondo, Jawa Timur, Dwi Prasetya, menjelaskan gejala yang dialami oleh ratusan siswa tersebut serupa, yaitu perut bermasalah dan frekuensi BAB yang tinggi.

Mayor Aan Jauhari dari Satgas MBG Situbondo menyatakan, dari hasil pemeriksaan, Pusat Pengolahan Gizi (SPPG) Mimbaan Panji diketahui mengirim makanan ke 18 sekolah dengan total 3.394 siswa. Dari jumlah tersebut, 232 siswa di SMAN 1 Panji mengalami sakit perut, sementara sekolah-sekolah lainnya tidak melaporkan kejadian serupa. (TribunLombok.com/Kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved