Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Keracunan MBG

Satgas MBG Banyumas Ungkap Penyebab Siswa Keracunan

Satuan Tugas Makan Bergizi Gratis (Satgas MBG) Kabupaten Banyumas menemukan sejumlah indikasi penyebab.

Tribun Jateng/ Permata Putra Sejati
HASIL KERACUNAN - Wakil Bupati Banyumas yang juga Ketua Satgas MBG Banyumas, Dwi Asih Lintarti saat memberikan komentar soal hasil lab dari Provinsi terkait hasil lab SPPG Karanglewas, Banyumas, Senin (12/10/2025). Pihaknya mengungkapkan hasil sementara menunjukkan adanya masalah pada aspek higienitas dapur dan kualitas air yang digunakan untuk memasak. 

TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Satuan Tugas Makan Bergizi Gratis (Satgas MBG) Kabupaten Banyumas menemukan sejumlah indikasi penyebab dugaan kasus keracunan massal yang menimpa penerima manfaat program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Wakil Bupati Banyumas yang juga Ketua Satgas MBG Banyumas, Dwi Asih Lintarti, mengungkapkan hasil sementara menunjukkan adanya masalah pada aspek higienitas dan kualitas air yang digunakan untuk memasak.

"Dari hasil pemeriksaan sementara, ditemukan dapur kurang higienis.

Baca juga: "Ini Penyambung Hidup" Kisah Ristrihanto di Kudus Bahagia Dapat Pengganti Kaki Palsu

Baca juga: Remaja 15 Tahun Tewas Tenggelam di Sungai Bengawan Solo, Begini Kronologinya

Air yang digunakan juga dinilai kurang higienis juga," ujar Lintarti, kepada Tribubanyumas.com, Senin (13/10/2025).

Menurutnya, dapur penyedia makanan bergizi masih memperlakukan tempat kerja layaknya dapur rumah tangga.

Terutama tanpa penerapan standar operasional prosedur (SOP) yang ketat sebagaimana mestinya.

"Pihak dapur masih merasa seperti masak di rumah," katanya.

Menurutnya SOP dalam mengolah makanan harus prosedur.

Misalnya, petugas belum terbiasa mencuci tangan sebelum masuk dapur, atau masih mencampur perlengkapan pribadi dengan alat kerja

"Contohnya semua barang pribadi karyawan disimpan di loker masing-masing," jelasnya.

Selain itu, Dwi Asih menuturkan, seluruh pegawai Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) telah dikumpulkan di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) untuk mengikuti penilaian dan pelatihan SOP pengolahan makanan.

"Semua pekerja dapur MBG sudah kami undang dan dilatih untuk memahami SOP.

Ada juga tes dan pemeriksaan laboratorium, salah satunya untuk SPPG Karanglewas," ujarnya.

Dari hasil sementara, Satgas menduga penyebab keracunan bisa berasal dari bahan makanan, kebersihan alat masak, hingga kesalahan dalam pengemasan (packing).

"Bisa karena bahan makanan, bisa dari orang yang memasak, atau alatnya.

Bahkan, cara pengemasan juga berpengaruh. Kalau masakan masih panas tapi langsung ditutup rapat, bisa cepat basi," kata Dwi Asih.

Ia juga menjelaskan bahwa makanan yang dimasak pada malam hari seharusnya langsung dikonsumsi dalam waktu maksimal empat jam.

Jarak antara dapur SPPG dan sekolah penerima juga mempengaruhi kualitas makanan yang diterima siswa.

"Masakan malam itu idealnya langsung dimakan, tidak lebih dari empat jam.

Kalau jarak pengiriman jauh, apalagi makanan ditutup rapat dalam kondisi panas, itu bisa mempercepat proses pembusukan," terangnya.

Sebagai langkah perbaikan, Satgas MBG telah mengusulkan kepada Badan Gizi Nasional (BGN) agar memberikan perhatian khusus pada kelompok rentan seperti lansia tidak mampu, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak stunting.

"Kami juga sudah menyampaikan agar ada bantuan untuk kelompok rentan.

Untuk SPPG Karanglewas, sementara masih ditutup sampai semua peralatan diperbaiki dan sesuai SOP," tutup Dwi Asih. (jti)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved