Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Megawati: Aku Pintar, Anak Presiden, Wis Ngono Ayu, Akeh sing Naksir

Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri viral setelah membanggakan dirinya yang merupakan anak presiden

Editor: galih permadi
TRIBUNNEWS
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyindir adanya sosok yang ingin menggantikan posisinya sebagai pemimpin partai. 

TRIBUNJATENG.COM - Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri viral setelah membanggakan dirinya yang merupakan anak presiden ke-1 RI, Ir. Soekarno.

Megawati juga sangat percaya diri mengakui dirinya pintar, cantik, dan banyak yang menyukainya sewaktu muda.

"Kalau aku kan punya semua. Aku pintar, anak presiden, wis ngono ayu (sudah gitu cantik), akeh sing naksir (banyak yang naksir)," ujar Megawati dalam seminar internasional peringatan 70 Tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Museum Bung Karno, Blitar, Jawa Timur, Sabtu (1/11).

Baca juga: Pinka Haprani Cucu Megawati Raup Dukungan 86 Persen Jadi Calon Ketua DPD PDIP Jateng

Duduk Perkara Sarwendah dan Ruben Onsu Ribut, Sarwendah: Apa Kurang Diam Saya Selama Ini?

10 Fakta Fatiyah Bocah SD Alami Mata Lebam Merah Sepulang Sekolah: Guru Bantah, Kepsek Kaget

Semalam Suntuk Bunuh dan Rekayasa Kematian Dosen Erni, Paginya Bripda Waldi Pura-pura Kaget

Presiden Kelima Republik Indonesia sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri juga melontarkan gagasan pembentukan “Konferensi Asia–Afrika Plus” (Asia–Africa Plus Conference).

Gagasan itu disampaikannya saat menyampaikan pidato kunci dalam seminar internasional bertema Commemorative Seminar Of The 70th Anniversary Of The 1995 Bandung Asian-African Conference ‘Bung Karno In A Global History’ di Auditorium Soekarno, di Kompleks Makam Bung Karno, Blitar, Jawa Timur, Sabtu (1/11/2025).

Acara itu turut dihadiri oleh akademisi dan delegasi dari 32 negara.

 "Saya mengusulkan pentingnya penyelenggaraan ‘Konferensi Asia–Afrika Plus’ — sebuah forum lanjutan dalam format yang lebih luas, mencakup negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin," ujar Megawati.

"Forum ini diharapkan menjadi wadah permanen bagi negara-negara Global South untuk membangun masa depan bersama, yang bebas dari ketimpangan, hegemoni, dan ketidakadilan struktural global," sambungnya.

Gagasan “KAA Plus” ini menegaskan semangat Bandung 1955 dalam konteks abad ke-21. 

 Bila enam dekade lalu KAA mempersatukan negara-negara yang baru merdeka melawan kolonialisme, kini Megawati menyerukan solidaritas baru untuk menghadapi ketimpangan ekonomi, hegemoni teknologi, dan dominasi geopolitik.

"Jika pada 1955 Bung Karno dan para pemimpin dunia ketiga mampu mengguncang tatanan kolonial, maka pada abad ke-21 kita juga mampu mengguncang tatanan digital dan ekonomi yang tidak adil," tegas Megawati.

Diketahui, seruan ini sejalan dengan tren global soal negara-negara Global South kini semakin memperkuat koordinasi lewat forum seperti BRICS Plus, G77 + China, dan Non-Aligned Movement Revival. 

Namun, forum yang menyatukan Asia, Afrika, dan Amerika Latin secara permanen belum ada. Ide “KAA Plus” menjadi langkah diplomasi strategis untuk mengisi ruang itu.

Megawati menekankan bahwa arsitektur global saat ini masih timpang. 

Menurut data World Bank (2025), 84 negara Global South menampung lebih dari 75 persen populasi dunia, tetapi hanya menguasai sekitar 37 persen PDB global. 

Di sisi lain, ketergantungan ekonomi dan teknologi terhadap negara maju semakin tinggi.

"Asia, Afrika, dan Amerika Latin perlu membangun arsitektur baru ekonomi dan teknologi global yang lebih setara," kata Megawati.

Megawati menilai bahwa diplomasi internasional ke depan tidak bisa lagi berlandaskan kekuatan militer atau dominasi ekonomi semata. 

Dimana, dunia memerlukan moralitas peradaban, sebagaimana pernah diserukan Bung Karno dalam pidatonya di PBB tahun 1960 berjudul To Build the World Anew.

"Dunia yang baru tidak boleh dibangun di atas kekuasaan dan ketakutan, tetapi di atas kesetaraan, solidaritas, dan kemanusiaan," ujarnya.

Melalui “KAA Plus”, Megawati ingin menegaskan bahwa negara-negara Global South harus bersatu dalam agenda bersama yaitu kedaulatan data, ketahanan energi, keadilan ekonomi, dan tata kelola teknologi yang adil.

Megawati ingin mengobarkan kembali “obor Bandung” sebagai cahaya bagi dunia yang tengah terpecah.

"Dari Blitar ini, mari kita bangun dunia baru yang tidak tunduk pada mesin dan modal, tetapi menempatkan manusia sebagai pusat peradaban," tandas Megawati. (*)

 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved