Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Mayat Ibu Membusuk di Kendal

3 Pernyataan Putri, Pilih Mengurung Diri Bersama Mayat Ibunya yang Tewas Kelaparan di Kendal

Seorang ibu bernama Setyaningsih (51) ditemukan tewas kelaparan di rumah kontrakannya..2 anaknya ditemukan masih hidup namun dalam kondisi sangat lem

|
Penulis: Puspita Dewi | Editor: galih permadi
Tribun Jateng
KELAPARAN DI KENDAL- 28 hari tak makan, Dua kakak beradik di Kendal ditemukan lemas disamping jenazah ibunya. 

3 Pernyataan Putri, Pilih Mengurung Diri Bersama Mayat Ibunya yang Tewas Kelaparan di Kendal

 

Ringkasan Berita:Seorang ibu di Kendal, Setyaningsih (51), ditemukan tewas kelaparan pada 2 November 2025, sementara dua anaknya, Putri (23) dan Intan (19), ditemukan lemas setelah sebulan lebih tak makan. Mereka mengurung diri sejak awal Oktober, hanya makan roti Rp100 ribu lalu minum air sumur. Putri patuh pada pesan ibunya: tak meminta bantuan dan tak merepotkan tetangga. Kini keduanya dirawat intensif akibat gizi buruk dan trauma berat.

 

TRIBUNJATENG.COM – Kisah memilukan datang dari Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Seorang ibu bernama Setyaningsih (51) ditemukan tewas kelaparan di rumah kontrakannya di Dusun Songopuro, Desa Bebengan, Kecamatan Boja, pada Sabtu (2/11/2025) sekitar pukul 10.00 WIB.

Dua anaknya, Putri Setya Gita Pratiwi (23) dan Intan Ayu Sulistyowati (19), ditemukan masih hidup namun dalam kondisi sangat lemah karena sudah lebih dari sebulan tidak makan layak.

Warga mulai curiga karena rumah kontrakan keluarga itu tertutup rapat dan tercium bau menyengat. 

Baca juga: Duka Warga Boja Kendal: Ibu Tewas Membusuk, Kakak Beradik Nyaris Sebulan Cuma Minum Air Putih

Demi Jaga Wasiat Ibu, Kakak Beradik 29 hari Hanya Minum Air Putih di Kendal

Saat Warga Banyuringin Kendal Temukan Nabila Mahasiswi UIN Walisongo, Jenazah Tersangkut Batu

Daftar Motor dan Mobil Dilarang Isi BBM Pertalite di SPBU Pertamina per 4 November 2025

Saat pintu dibuka paksa, mereka mendapati jasad Setyaningsih sudah membusuk di lantai kamar, sementara kedua anaknya tergeletak lemah di dekat jasad sang ibu.

Kepala Desa Bebengan, Wastoni, mengatakan, korban dan anak-anaknya diketahui mengurung diri sejak awal Oktober 2025. Selama itu, mereka jarang keluar rumah dan tidak berinteraksi dengan tetangga.

“Ada kecurigaan, ada aroma yang tidak sedap, ditengok lewat jendela, di jendela kaca banyak lalatnya. Sehingga muncul kecurigaan besar bahwa di situ ada sesuatu yang harus diketahui masyarakat. Sehingga pintu itu dibuka paksa,” ujar Wastoni, Rabu (5/11/2025).


Setelah dievakuasi, kedua anak korban akhirnya bercerita. 

Dari pengakuan mereka, tersingkap tiga pernyataan mengharukan yang menggambarkan kepatuhan mereka terhadap pesan sang ibu sebelum meninggal dunia karena kelaparan.


1. “Pesan Ibu, Ada Apa-apa Enggak Usah Ngomong ke Tetangga”

Putri mengatakan, ibunya sempat berpesan agar mereka tidak meminta bantuan kepada siapa pun, apa pun yang terjadi.

“Pesan terakhir (Setyaningsih) sebelum mati ‘ada apa-apa enggak usah ngomong dengan tetangga’. Maka anaknya kepatuhannya betul-betul, apa pesan dari ibu, tidak berani sebut (cerita) ke tetangga-tetangga,” ujar Wastoni, menirukan keterangan Putri.

 

Karena pesan itu, dua bersaudara tersebut memilih diam walau ibunya sudah tak sanggup bergerak. Mereka hanya duduk di rumah menunggu keadaan memburuk tanpa berani mengetuk pintu tetangga.

 

2. “Kami Cuma Beli Roti Rp100 Ribu, Habis Itu Cuma Minum Air Sumur”

Putri juga mengaku, makanan terakhir yang mereka miliki adalah roti seharga Rp100 ribu. Roti itu dibeli pada awal Oktober 2025 dan menjadi bekal terakhir untuk bertahan hidup.

“(Anak-anak korban) beli roti Rp100 ribu itu hanya persiapan untuk mengurungkan diri sebagai bekal. Setelah itu ditanya, (kata anaknya) habis itu tidak makan lagi cuma minum air sumur direbus,” ungkap Wastoni.

Setelah roti itu habis, mereka tidak makan sama sekali sejak 4 Oktober 2025, hanya minum air sumur yang direbus setiap hari hingga akhirnya sang ibu meninggal dunia.

 

3. “Ibu Tidak Ingin Merepotkan Tetangga”

Meski hidup dalam kesulitan, Putri tetap memegang pesan ibunya agar tidak merepotkan siapa pun.

“Ibu tidak ingin merepotkan tetangga. Pesan itu, kami pegang. Saya dan adik, tidak memberi tahu tetangga,” kata Putri dengan lirih.

 

Warga sekitar pun kaget. Selama ini keluarga Setyaningsih dikenal ramah dan aktif di kegiatan lingkungan seperti pengajian dan PKK. Tak ada yang menyangka di balik keheningan rumah itu tersimpan penderitaan panjang hingga berakhir tragis.

 “Tetangga tidak menduga sampai kejadian seperti itu karena kehidupan (Setyaningsih) ya normal-normal saja. (Korban) ada pertemuan PKK juga ikut, ada pengajian juga ikut,” ujar Wastoni.

 

Kini, Putri dan Intan masih dirawat di rumah sakit karena mengalami kekurangan gizi dan trauma berat. Setelah kondisinya membaik, keduanya akan mendapat pendampingan psikologis dan pelatihan agar bisa hidup mandiri.


(*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved