Dari pengalaman mendampingi mahasiswa, para pendamping belajar bahwa seni bukan hanya soal estetika gerak, melainkan juga bahasa universal yang bisa menyatukan pesan tradisi, religiusitas, dan kemanusiaan.
Baik Kidung Lelana maupun Wersa Riris, keduanya adalah bukti bahwa mahasiswa UIN Saizu tidak hanya berprestasi secara akademik, tetapi juga mampu membawa identitas budaya ke panggung dunia.
“Saya percaya, setiap langkah mereka di panggung adalah doa untuk bangsa. Inilah cara mahasiswa UIN Saizu berbicara kepada dunia: lewat seni, lewat budaya, lewat pesan kemanusiaan,” pungkas Dr. Fajry.
Kemenangan ini membuat nama UIN Saizu kembali berkibar di kancah internasional. Dari kota kecil di Jawa Tengah, mahasiswa UIN Saizu membuktikan bahwa seni bisa menjadi jembatan antara lokalitas dan globalitas.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.