Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

UIN SAIZU Purwokerto

Coach Gita: “Dua Minggu yang Mengubah Segalanya” Usai Torehan Medali Emas Tari Tradisional UIN Saizu

Kata Coach Gita tentang Torehan Medali Emas Tari Tradisional UIN Saizu: “Dua Minggu yang Mengubah Segalanya”

|
Editor: Editor Bisnis
Ist
Kontingen Tari UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto di 3rd SEIBA International Festival 2025 

 

TRIBUNJATENG.COM- Prestasi Kontingen Tari UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto di 3rd SEIBA International Festival 2025 menyisakan cerita menarik dari balik panggung.

Salah satunya datang dari Anggita Laras Pratama, Coach Tari Wersa Riris sekaligus kurator dan pengarah konsep pertunjukan. Anggita, yang akrab disapa Kak Gita, bukan orang baru di dunia seni pertunjukan.

Kecintaan Kak Gita pada dunia tari telah ditempa lewat jalur akademik dan pengalaman panjang. Ia menempuh S1 Pendidikan Seni Tari di Universitas Negeri Yogyakarta (2010) dan S2 Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta (2015).

Dia juga menempuh Pendidikan Profesi Guru Seni Budaya di Universitas Negeri Jakarta (2024). Kariernya pun banyak diwarnai pengalaman sebagai Guru Seni Budaya di berbagai sekolah, hingga kini aktif di SMK Telkom Purwokerto sejak 2019.

Sebagai koreografer, Kak Gita sudah melahirkan sejumlah karya tari yang mendapat apresiasi luas, di antaranya: Tari Parak Iwak, Tari Noni Belanda, Tari Kenes Sigrak, Tari Garuda Nusantara, Tari Srikandi Larasati, Tari Rinegnga Urip, Mahakarya Nusantara dan Kolaborasi Spirit of Java.

Selain itu, ia juga dikenal sebagai koreografer Mahakarya Lengger Bicara, sebuah karya monumental yang memadukan tradisi dan inovasi.

Dua Bulan untuk Kidung Lelana, Dua Minggu untuk Wersa Riris

Menurut Kak Gita, proses penggarapan Tari Kidung Lelana yang dibawakan Tim Tari Kontemporer UIN Saizu memakan waktu sekitar dua bulan. Namun, kisah berbeda justru terjadi pada Tari Wersa Riris, garapan Tim Tari Tradisional.

“Kami hanya punya waktu dua minggu, karena ada perubahan juknis dari pihak panitia SEIBA International Festival 2025. Tapi justru di situlah tantangannya. Semuanya bisa berjalan lancar berkat keseriusan dan ketekunan masing-masing personil,” jelasnya.

Tim tari yang dikirim ke SEIBA International Festival 2025 bukan sekadar kumpulan mahasiswa yang bisa menari. Mereka dipilih lewat seleksi ketat oleh Dr. Fajry Sub’haan Syah Sinaga, penanggung jawab setiap proses garap.

“Seleksi dilakukan dari sisi wiraga, wirasa, dan wirama. Setelah itu, mereka juga diminta menunjukkan komitmen penuh sejak awal. Tidak ada yang setengah-setengah, karena mereka membawa nama UIN Saizu di ajang internasional,” terang Kak Gita.

Hasilnya, komitmen itu terbayar dengan prestasi: 1 medali platinum untuk Kidung Lelana (kontemporer) dan 1 medali emas untuk Wersa Riris (tradisional).

Kak Gita menekankan bahwa kolaborasi menjadi kunci sukses tim ini. Setiap ide, mulai dari konsep, kostum, hingga detail koreografi, diolah bersama mahasiswa.

“Saya hanya mengarahkan konsep, tetapi roh dari pertunjukan lahir dari kebersamaan. Semua elemen, baik mahasiswa, pendamping, maupun tim teknis, bergerak bersama. Dan itulah yang membuat penampilan kami hidup di atas panggung,” ungkapnya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved