UKSW SALATIGA
Fadli Zon Buka UISPP di UKSW: Gugah Peneliti 39 Negara Jadikan Nusantara Poros Pra Sejarah Dunia
UKSW Salatiga menjadi tuan rumah utama International Union of Prehistoric and Protohistoric Sciences (UISPP).
Penulis: Laili Shofiyah | Editor: M Zainal Arifin
TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) mencatat sejarah baru dalam perjalanan akademik dan kebudayaan Indonesia.
Untuk pertama kalinya, kampus yang dikenal sebagai kampus Indonesia Mini ini menjadi tuan rumah utama International Union of Prehistoric and Protohistoric Sciences (UISPP), kongres ilmiah dunia yang selama lebih dari satu abad menjadi ruang kolaborasi bagi para arkeolog, antropolog, dan ilmuwan lintas disiplin dalam menelusuri jejak awal keberadaan manusia.
Dibuka secara megah di Balairung Universitas, Senin (27/10/2025), konferensi internasional ini mengusung tema besar “Asian Prehistoric Today: Bridging Science, Heritage, and Development.”
Tema tersebut menggugah kesadaran bahwa antara sains, warisan budaya, dan pembangunan terdapat jembatan pengetahuan yang mesti dirawat demi keberlanjutan peradaban manusia.
Konferensi yang berlangsung 27 Oktober hingga 5 November 2025 ini menjadi ajang akademik, sekaligus pertemuan peradaban, dialog antara masa lalu dan masa depan, yang melibatkan lebih dari 39 negara dan ratusan ilmuwan lintas disiplin dari arkeologi, paleontologi, genetika, geologi, hingga ilmu komputer dan seni rupa.
Menyalakan Api Ilmu dari Salatiga
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc., membuka pertemuan dengan pantun yang menyalakan semangat intelektual dan budaya.
“Ilmuwan berkumpul di Salatiga, Nyalakan sejarah peradaban manusia,” ucapnya.
Dalam pidato penuh refleksi, beliau menegaskan bahwa Indonesia bukan sekadar penjaga peninggalan purba, tetapi salah satu poros utama dalam kisah evolusi umat manusia.
“Pulau Jawa menyimpan lebih dari 50 persen fosil Homo erectus dunia, dan di Sulawesi ditemukan seni cadas tertua di dunia. Bukti ini menegaskan bahwa Nusantara bukan hanya penerima peradaban, tetapi pencipta arah perkembangan manusia global,” ujarnya dengan lantang.
Baca juga: MENYALA! Night Festival dan Cosplay Tandai Kulonuwun Mahasiswa Baru UKSW ke Kota Salatiga
Lebih jauh, ia menandaskan bahwa era baru penelitian prasejarah telah dimulai, ketika Indonesia memulangkan lebih dari 28.000 fosil Dubois dari Belanda.
“Bukan sekadar artefak, melainkan potongan harga diri bangsa,” katanya.
Fadli Zon menyatakan bahwa konferensi ini istimewa karena berlangsung tidak hanya di ruang kuliah, tetapi juga di lapangan, desa, dan museum, melainkan menghadirkan proses belajar yang nyata dan hidup.
“Tugas kita bukan sekadar melestarikan, tetapi menyeimbangkan pembangunan dan pelestarian demi masa depan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan,” tegas Fadli Zon.
Sejarah Bertemu Kemanusiaan

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.