Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

UKSW Salatiga

Sosok Marthen Sattu Sambo, Wujudkan Creative Minority di Pelosok Papua

Marthen Sattu Sambo SSi MSiD melangkah dikukuhkan sebagai lulusan Prodi Magister Sains Data FSM UKSW berpredikat dengan pujian

Penulis: Adi Tri | Editor: abduh imanulhaq
IST
Marthen Sattu Sambo SSi MSi dikukuhkan sebagai lulusan Prodi Magister Sains Data FSM UKSW berpredikat dengan pujian di Balairung Universitas, Kamis (23/10/2025). 

TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Kisah inspiratif dan penuh dedikasi selalu memberi warna tersendiri pada setiap gelaran wisuda. Jejak pengabdian dan semangat juang akhirnya menemukan makna serta momentum yang tepat untuk menuai rasa bangga.

Tak terkecuali pada gelaran Wisuda Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Periode IV Tahun 2025, di Balairung UKSW, Kamis (23/10/2025). 

Ia adalah Marthen Sattu Sambo SSi MSiD yang melangkah dengan penuh rasa bangga setelah berhasil dikukuhkan sebagai lulusan Program Studi (Prodi) Magister Sains Data Fakultas Sains dan Matematika (FSM) UKSW berpredikat dengan pujian.

Bergelut di bidang Program Manager & Data Scientist, Marthen dikenal sebagai sosok inspiratif yang mengabdikan diri sebagai pengajar dan pegiat pendidikan selama 15 tahun di pelosok 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar) di wilayah Indonesia bagian timur, terutama di pedalaman provinsi Papua Pegunungan. 

Ia tergabung dalam Non-Governmental Organization (NGO) Wahana Visi Indonesia (WVI) yang berafiliasi dengan World Vision International, yang aktif juga dalam mendukung program pengembangan anak usia dini, literasi, numerasi, dan pengembangan guru/kepala sekolah di berbagai daerah Indonesia.

Hingga saat ini, ia telah menjadi National Education Manager di WVI dan berperan untuk mengembangkan program pendidikan bagi anak-anak di berbagai daerah pelosok Indonesia yang menjadi wilayah binaan WVI.

Capaian membanggakan ini sekaligus menandai komitmen Marthen untuk terus berdampak melalui program mengajar, pendampingan dan menyediakan ruang bagi anak-anak pedalaman mengenyam pendidikan serta menggapai mimpi-mimpi mereka.  

Terpanggil untuk Mengabdi 

Mahasiswa asal Desa Batutumonga, Kabupaten Toraja Utara, ini mulanya tidak menempuh prodi pendidikan, melainkan lulus sebagai Sarjana Fisika FSM UKSW tahun 2010. 

“Saya masuk S1 Fisika tapi sekarang mengajar, mungkin tidak sertifikasi tapi itu yang harus diperhatikan, yakni setiap pilihan itu ada harganya,” tuturnya. 

Ia mengaku berawal dari keprihatinan terhadap keterbatasan akses pendidikan di tanah kelahirannya, menjadi seorang guru adalah panggilan hati nurani. 

“Saya menemukan anak-anak di keluarga yang mungkin tidak pernah terekspos dengan pendidikan dan informasi yang cukup tentang bagaimana meraih mimpinya, bagaimana ia melihat dunia di luar kampungnya. Value itu yang saya bawa dengan cara mengajar, berbagi apa pun yang saya punya kepada anak-anak itu. That’s why saya memilih menjadi guru, karena value itu bisa ditransfer,” tuturnya. 

Memulai langkahnya sebagai pengajar di pedalaman Papua Pegunungan sejak 2010 silam, Marthen senantiasa berpijak pada prinsip dan nilai-nilai kesetaraan dan kemanusiaan.

Bahwa setiap anak terlahir dengan kemampuan dan potensi yang sama, maka kesempatan memperoleh pendidikan merupakan hak semua anak bangsa. 

Berkat dedikasinya itu, ia berhasil menggaet sederet prestasi gemilang, di antaranya ialah menjadi narasumber pada program Kick Andy Metro TV pada 2014 dan meraih penghargaan Best Performer Specialist Wahana Visi Indonesia pada 2020. 

Keberanian Memilih dan Memberi Dampak

Jerih payah tak kenal lelah telah diberikan Marthen untuk menggapai impian anak-anak di pelosok negeri.

Meski tak menempuh jalur pendidikan formal sebagai guru, menurutnya, Creative Minority harus berani mengambil pilihan dan memaksimalkan potensi diri. 

“Bahwa bukanlah masalah kita memiliki pilihan sendiri, setiap pilihan itu kerjakan dengan maksimal dan yakini serta teguh dalam hatimu,” tandasnya. 

Di atas komitmen dan konsistensi akan pilihan, pada akhirnya akan memberi manfaat pada orang-orang di sekitar.

Ia berpesan untuk jadilah berdampak dengan berani membuat pilihan dan menggali potensi yang dimiliki, bahwa mimpi adalah kesempatan yang kita putuskan hari ini. 

“Mimpi tak akan pernah mati dan akan menjadi penyesalan apabila itu sudah terlewati, jadi kerjakanlah mimpimu hari ini,” pesannya. 

Melalui kegiatan ini, UKSW menunjukkan dukungan nyata terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDGs ke-4 pendidikan berkualitas.

Selain itu, penyelenggaraan acara ini sekaligus mendukung Asta Cita Presiden, nomor 4 mengedepankan pengembangan sumber daya manusia.

Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 32 Prodi Unggul dan A.

Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah.

Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai "Creative Minority" yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat. Salam Satu Hati UKSW! (***)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved