Dosen Poltekkes Semarang di Nepal
Kisah Tecky, Dosen Poltekkes Semarang yang Tak Bisa Mandi Karena Takut Diminta Evakuasi di Nepal
Tecky Afifah Santy Amartha dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang, saat terjebak di tengah kerusuhan besar di Kathmandu, Nepal.
Penulis: Franciskus Ariel Setiaputra | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Asap hitam mengepul di berbagai penjuru kota, bunyi ledakan terdengar bersahut-sahutan, sirene ambulans meraung nyaring di jalanan, dan nyala api tampak membakar bangunan di dekat hotel.
Itulah suasana mencekam yang disaksikan langsung Tecky Afifah Santy Amartha, S.Si.T., M.Tr.Keb, dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang, saat terjebak di tengah kerusuhan besar di Kathmandu, Nepal, awal September lalu.
Ia bersama dua dosen Poltekkes lain sempat tak bisa meninggalkan Nepal, setelah pemerintah setempat memberlakukan jam malam dan menutup Bandara Internasional Tribhuvan akibat meluasnya aksi protes yang berujung ricuh.
Baca juga: Inilah Sosok Tecky Dosen Poltekkes Semarang, Sempat Terjebak Kerusuhan Nepal Saat Jalani Misi WHO
"Walaupun kami tinggal di hotel, rasa panik dan waswas tetap ada," ungkap Tecky kepada Tribunjateng.com, Rabu (17/9/2025).
"Kami tidak bisa istirahat dengan tenang karena kami harus selalu berkoordinasi dan update kondisi dengan WHO Nepal dan SEARO. Melaporkan kemajuan kondisi kami ke KBRI dan tim Paskal Kemenkes dan DitpenSDMKes," jelasnya.
Suasana mencekam tersebut dikatakannya untuk mandi pu. mereka masih harus pikir-pikir.
"Untuk mandi saja kami tidak bisa karena takut sewaktu-waktu harus melakukan evakuasi," kata dia.
Perjalanan Tecky ke Nepal sejatinya berawal dari penugasan akademik yang membanggakan.
Poltekkes Kemenkes RI saat ini telah ditetapkan sebagai WHO Collaborating Centre (WHO-CC) for Nursing and Midwifery Development, sebuah pengakuan dari WHO atas kapasitas Poltekkes dalam mendukung pengembangan tenaga kebidanan dan keperawatan di tingkat global.
Sebagai anggota sekretariat WHO-CC untuk kebidanan, sekaligus Ketua Gugus Kendali Mutu Program Pascasarjana Poltekkes Kemenkes Semarang, Tecky aktif dalam program Midwifery Leadership Programme (MLP).
Program ini bertujuan menyiapkan bidan agar menjadi pemimpin, advokat kebijakan, sekaligus penggerak perubahan.
"Program ini bukan sekadar pelatihan, tetapi bagian dari strategi besar menyiapkan bidan sebagai agen perubahan di masa depan. Saya merupakan peserta TOT MLP Batch 1 dan terpilih menjadi co-fasilitator untuk Batch 2 di Jakarta. Dengan bekal itu, saya bersama dua dosen lain dari Poltekkes Kemenkes Jakarta 3 dan Pontianak ditugaskan ke Nepal," jelasnya.
Di Kathmandu, mereka menjadi fasilitator Training of Trainers (TOT) Midwifery Leadership Programme yang diikuti bidan klinik dan akademik Nepal. “Selain untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan bidan, kegiatan ini juga menjadi kesempatan membangun jejaring global,” kata Tecky.
Tecky dan tim tiba di Kathmandu pada Minggu, 7 September 2025, tanpa mengetahui adanya potensi gejolak politik.
Hari pertama pelatihan berjalan lancar, namun pada sore harinya situasi berubah drastis.
"Awalnya demo damai, tapi kemudian ricuh dan meluas ke wilayah lain," ujarnya.
Kondisi semakin parah. Pada hari Rabu, pemerintah memutuskan mengevakuasi fasilitator.
Namun, bandara ditutup, semua penerbangan dibatalkan, dan jam malam diberlakukan.
"WHO meminta kami tetap di hotel sampai keadaan membaik," kenangnya.
Dari Hotel Himalaya, Tecky menyaksikan langsung suasana kota yang chaos.

"Kami melihat kepulan asap hitam di berbagai penjuru, bunyi ledakan sering terdengar, dan sirene ambulans terus berlalu-lalang. Menjelang malam hari, dari jendela kamar, saya bisa melihat nyala api dari bangunan dekat hotel yang dibakar massa. Kondisinya sangat parah, bahkan di televisi lokal juga ditampilkan betapa mencekam situasi itu," ungkapnya.
Tecky juga mengatakan keluarga di Semarang cukup panik ketika mengetahui kondisi di Nepal sedang tidak baik-baik saja.
"Suami sangat khawatir karena di berita di Indonesia digambarkan kerusuhan itu parah, dan suami saya juga tahu saya tinggal di dekat lokasi kerusuhan. Tapi dari Indonesia ia hanya bisa mendoakan keselamatan saya," tutur warga Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Semarang tersebut.
Akhirnya, kata dia, ia dan tim bisa bernapas lega setelah tiga hari menunggu. Pada Kamis, 11 September 2025, WHO memberi kabar bandara sudah kembali beroperasi.
WHO SEARO melalui fasilitator Ai Tanimizu membantu kepulangan mereka dengan menyediakan transportasi PBB dari hotel ke bandara serta tiket penerbangan Kathmandu–Jakarta.
Ketiga dosen pulang menggunakan penerbangan Maliando Air dari Kathmandu, pada 11 September 2025 pukul 21.55 waktu setempat dan tiba di Jakarta pada 12 September 2025 pukul 08.15 WIB.
Tecky kemudian melanjutkan perjalanan ke Semarang pada Jumat malam.
Dalam penugasan ini, tiga dosen Poltekkes yang menjadi fasilitator adalah Tecky Afifah Santy Amartha (Poltekkes Semarang), Hetty Astri (Poltekkes Jakarta 3), dan Riska Regia Catur Putri (Poltekkes Pontianak), bersama Ai Tanimizu dari WHO SEARO.
Meski penuh dengan pengalaman yang tidak terduga, Tecky menyebut tugas internasional kali ini sangat berkesan.
"Kegiatan MLP yang kami bawa bertujuan membantu bidan Nepal menjadi pemimpin dan penggerak perubahan. Namun, saya juga belajar menghadapi krisis, memahami protokol keselamatan WNI di luar negeri, serta berkoordinasi lintas negara, organisasi, dan pemerintahan. Bagi saya, ini pengalaman yang tidak ternilai sekaligus menambah jejaring internasional," ujarnya.
Tecky menambahkan, sebelum menjalankan tugas internasional ke Nepal, ia juga pernah di tugaskan ke Thailand.
Baca juga: Sosok Tecky Afifah Santy Dosen Poltekkes Semarang yang Sempat Terjebak Kerusuhan di Nepal
"Tapi selalu ada sisi positif yg bisa diambil dari setiap kejadian. Saya lebih bisa bersyukur karena tinggal di Indonesia," tutupnya.
Di bagian lain, Kementerian Kesehatan RI memastikan, ketiga dosen Poltekkes yang sempat terjebak kerusuhan di Nepal kini sudah kembali ke Indonesia dalam keadaan selamat.
Tiga dosen Poltekkes yang sempat terjebak dalam kerusuhan di Kathmandu, Nepal, dipastikan selamat dan telah tiba di Indonesia dalam keadaan sehat," ungkap Kepala Pusat Kebijakan Strategi dan Tata Kelola Kesehatan Global Kemenkes, Harditya Suryawanto, Selasa (16/9/2025). (*)
Potret Sekolah Inklusi di Purwokerto, SDN 5 Arcawinangun Jadi Rumah Kedua 56 ABK |
![]() |
---|
Pengukuhan Prof Nor Ichwan: Al-Qur’an Harus Dibaca Sesuai Denyut Zaman |
![]() |
---|
Tabel Cicilan KUR BRI Pinjaman Rp 25 Juta, Bisa Dicicil Mulai dari Rp 541 Ribu |
![]() |
---|
Universitas Harkat Negeri dan LPPL Sebayu FM Perkuat Sinergi Digital dan Kreatif |
![]() |
---|
BNPB Gandeng BPD HIPKA Kota Semarang Gelar Bimtek Penguatan Resiliensi Ekonomi Pasca Banjir Demak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.