Berita Semarang
Tim Ekspedisi Patriot Undip Dorong Komoditas Unggulan di Kawasan Transmigrasi Sumba Barat Daya
Tim Ekspedisi Patriot Universitas Diponegoro (Undip) bersama Kementerian Transmigrasi berhasil memfasilitasi kesepakatan penting dalam penentuan
Penulis: Franciskus Ariel Setiaputra | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Tim Ekspedisi Patriot Universitas Diponegoro (Undip) bersama Kementerian Transmigrasi berhasil memfasilitasi kesepakatan penting dalam penentuan komoditas unggulan di tiga kecamatan wilayah Sumba Barat Daya (SBD), Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan tersebut menjadi bagian dari upaya nyata Undip dalam mendukung pembangunan berbasis riset dan pengabdian masyarakat di daerah transmigrasi.
Koordinator Tim Ekspedisi Patriot dari Fakultas Peternakan dan Pertanian Undip, Anasrullah, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk kontribusi akademik Undip dalam membantu pemerintah daerah menemukan solusi atas persoalan pembangunan di wilayah transmigrasi.
"Dalam diskusi ini, teridentifikasi berbagai tantangan nyata," ujar Anasrullah, Selasa (28/10/2025).
"Mulai dari infrastruktur jalan yang rusak berat, irigasi yang tidak berfungsi, hingga kendala pasokan listrik dan air bersih.
Tanpa fokus komoditas yang jelas, bantuan yang disalurkan berisiko menjadi tidak terarah dan kurang efektif,” jelasnya.
Selama tiga hari pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) pada 21–23 Oktober 2025, Tim Undip dan Kementerian Transmigrasi melibatkan masyarakat, kelompok tani, dan perwakilan dinas terkait untuk berdialog mengenai potensi serta tantangan faktual di lapangan.
Hasilnya, ditetapkan tiga komoditas strategis yang akan menjadi fokus pengembangan wilayah.
Kopi menjadi komoditas utama di Kecamatan Wewewa Selatan, Jambu Mete untuk Kecamatan Loura, dan Kelapa Dalam untuk Desa Waipaddi di Kecamatan Kodi Bangedo.
Pemetaan yang dilakukan tim Undip menghasilkan tiga pilihan strategis sesuai kondisi agroklimat dan kesiapan masyarakat.
Di Kecamatan Wewewa Selatan, kopi menjadi komoditas prioritas dengan potensi lahan mencapai 1.600 hektar serta peluang ekspor besar yang telah menarik minat investor dari Dubai.
Di Kecamatan Loura, masyarakat dan dinas di Desa Loko Kalada sepakat mengembangkan Jambu Mete dengan dukungan data lahan seluas 718 hektar dan rencana perluasan 150 hektar pada 2026.
Sementara di Kecamatan Kodi Bangedo, warga Desa Waipaddi memilih Kelapa Dalam sebagai komoditas utama karena mudah dibudidayakan dan bernilai ekonomi stabil melalui produksi kopra.
Selain menghasilkan kesepakatan komoditas, tim Undip juga mendapati sejumlah persoalan mendesak yang disuarakan masyarakat.
Di antaranya kondisi jalan usaha tani yang rusak berat, keterlambatan pemasangan jaringan listrik sejak 2012, serta status lahan garapan yang belum jelas meski warga sudah menempati kawasan transmigrasi hampir 14 tahun.
| Daftar Wilayah di Semarang yang Terendam, Pantura Semarang-Demak Banjir hingga 70 Sentimeter |
|
|---|
| Prakiraan Cuaca Kota Semarang Hari Ini Selasa 28 Oktober 2025: Hujan Petir |
|
|---|
| Subsidi LPG 3 Kg Rp 50 Triliun Bocor! Akademisi Semarang Usulkan Ubah Jadi BLT Atau Voucer |
|
|---|
| SD Al Huda Tolak Program MBG Karena Menu Monoton, SPPG Kena Tegur Dishanpan Semarang! |
|
|---|
| Penjualan Daihatsu Semarang Anjlok 50 Persen, Jadi Sinyal Berat Pasar Otomotif di Jateng |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.