Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Jejak Rel Stasiun Alastua Semarang, Jalur Kereta Pertama di Indonesia

Bagi Yogi Fajri, pramuwisata sejarah di Kota Semarang, setiap jengkal rel kereta di Alastua bukan sekadar jalur besi penghubung antar kota. 

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: muh radlis
IST
POTRET - Bangunan Stasiun Alastua saat ini /dok Daop IV Semarang 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Bagi Yogi Fajri, pramuwisata sejarah di Kota Semarang, setiap jengkal rel kereta di Alastua bukan sekadar jalur besi penghubung antar kota. 

Ia adalah nadi sejarah, tempat di mana kisah modernisasi transportasi di Nusantara pertama kali berdetak.


“Stasiun Alastua ini salah satu stasiun aktif tertua di Indonesia. Dibangun bersamaan dengan proyek jalur kereta pertama pada 1864 dan selesai 1867,” tutur Yogi, Minggu (9/11/2025).


Stasiun Alastua waktu itu menghubungkan Stasiun Samarang NIS atau Kemijen, sampai Stasiun Tanggung (Tanggungharjo Grobogan), jaraknya sekitar 25 kilometer.


Menurut Yogi, lintasan itu dibangun oleh perusahaan kereta api Hindia-Belanda yakni Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), perusahaan kereta api Hindia Belanda yang kini kantornya menjadi ikon wisata Lawang Sewu. 

Baca juga: BREAKING NEWS: Djoko Riyanto Suami Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti Meninggal Dunia


“Bisa dibilang, dari sinilah sejarah perkeretaapian Indonesia bermula,” ujarnya.


Lebih dari seabad berlalu, stasiun kecil yang dulunya menjadi saksi geliat kolonial itu kini kembali punya peran baru. 


Selain fungsi transportasi, nilai historis stasiun ini juga diakui penting. 


Di tengah geliat pembangunan kawasan timur Semarang, Stasiun Alastua menjelma sebagai simpul transportasi dan investasi baru, menjadi akses penting yang menghubungkan aktivitas ekonomi antara Kota Semarang dan wilayah sekitarnya seperti Demak, Kudus, Pati, hingga Jepara.


Manager Humas KAI Daop 4 Semarang Franoto Wibowo menjelaskan, Stasiun Alastua melayani dua kereta penumpang KA Kedungsepur dan KA Banyubiru relasi Semarang–Solo Balapan. 


Sejak diluncurkan pada September 2024, layanan Banyubiru tercatat menarik 10.534 penumpang naik-turun di Stasiun Alastua dalam setahun terakhir.


“Stasiun Alastua punya posisi strategis. Dengan lahan seluas 90.250 meter persegi, letaknya dekat dengan kawasan industri Genuk dan jalur ke kabupaten di pantura timur. Ini sangat potensial dikembangkan sebagai simpul transportasi dan kawasan investasi baru,” ujar Franoto.


KAI Daop 4, lanjut Franoto, kini tengah mendorong optimalisasi aset agar tidak hanya berfungsi sebagai tempat naik-turun penumpang, tetapi juga menjadi kawasan bernilai ekonomi tinggi. 


“Kami ingin Stasiun Alastua tumbuh menjadi kawasan hidup, bermanfaat bagi masyarakat, dan tetap menghargai nilai sejarahnya,” imbuhnya. (Rad)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved