Tanoto Foundation
Mencetak Problem Solver Bangsa di Semarang: Penguatan Literasi Gajah Keris Jadi Investasi Masa Depan
Kemampuan literasi siswa sekolah dasar (SD) di Kota Semarang cukup baik karena masuk dalam peringkat 20 besar secara nasional.
Penulis: Raf | Editor: raka f pujangga
“Program PINTAR ini merupakan inisiatif bidang penguatan kualitas dengan fokus pada perbaikan literasi dan numerasi dalam berbagai program Tanoto Foundation,” jelas Margaretha.
Tanoto Foundation tidak hanya berfokus pada studi kualitatif, tetapi juga bekerja sama dengan lembaga pendidikan dan pemerintah daerah untuk memastikan hasilnya dapat diimplementasikan lebih luas.
“Kami menggunakan program tersebut untuk membantu pemerintah kabupaten dan kota, sehingga temuan yang didapat bisa dinikmati oleh populasi sekolah yang lebih besar. Karena tentu tidak mungkin kami menjangkau semua sekolah, maka kami memilih sekolah-sekolah mitra untuk menjadi model perubahan,” terangnya.
Dampak Nyata dan Transformasi di Lapangan
Sejak bertransformasi menjadi program PINTAR pada tahun 2018, Tanoto Foundation telah menjangkau 41 kabupaten/kota dan memberikan dampak terhadap lebih dari 1 juta siswa—tepatnya 1.083.841 siswa.
Margaretha menuturkan, hasil nyata terlihat dari perubahan perilaku para guru yang telah mengikuti pelatihan.
“Dari hasil pemantauan kami, ada peningkatan sebesar 27 persen dalam upaya guru meningkatkan hasil belajar siswa. Sementara pada level siswa yang gurunya diintervensi melalui pelatihan Tanoto Foundation, hasil belajar mereka 10 persen lebih baik dibandingkan siswa yang tidak mendapat intervensi,” ungkapnya.
Selain itu, dampak positif juga terlihat pada karier guru. Banyak di antara mereka yang telah dilatih melalui program PINTAR kemudian menjadi kepala sekolah atau pejabat di dinas pendidikan.
“Kami bersyukur para guru yang sudah dilatih Tanoto Foundation kini menjadi aset sekolah dan pemerintah daerah,” tambahnya.
Menurut Margaretha, dampak program tidak bisa diukur dalam waktu singkat.
“Untuk benar-benar meningkatkan kualitas kepala sekolah dan guru hingga berdampak signifikan terhadap hasil belajar siswa, dibutuhkan waktu dua tahun atau lebih,” jelasnya.
Kepala Sekolah “CEO” Pendidikan
Margaretha menegaskan faktor manusia menjadi penentu utama keberhasilan pendidikan.
“Dari berbagai studi yang kami lakukan, satu sekolah bisa sukses menghasilkan anak-anak yang excellent sangat tergantung pada guru dan kepala sekolah. Karena kepala sekolah adalah ‘CEO’ di sekolah. Kalau gurunya bagus tapi kepala sekolahnya tidak mendukung, maka inovasi sulit berkembang,” ujarnya.
Tantangan terbesar dalam meningkatkan literasi, menurutnya, bukan hanya pada metode pembelajaran, tetapi juga bagaimana membangun lingkungan belajar yang sesuai dengan kemampuan siswa.
| Cerita Fadil, Siswa SD yang Mahir Berimajinasi Tulis Kota Lama Semarang Berkat Rutinitas Gajah Keris |
|
|---|
| Sosok Dian Marta: Pencetus Program Gajah Keris, Inovasi Literasi Dari SDN 3 Gajahmungkur Semarang |
|
|---|
| Beasiswa Liputan Pendidikan untuk Jurnalis Indonesia |
|
|---|
| Link dan Syarat Beasiswa TELADAN Tanoto Foundation bagi Mahasiswa Undip Semarang dan 9 Kampus Lain |
|
|---|
| Tanoto Foundation Cetak Aktor Pembangunan untuk Akselerasi SDM Indonesia |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/20251122_Guru-Kelas-1-Ratna-Savitri-saat-program-Gajah-Keris_1.jpg)