Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tanoto Foundation

Mencetak Problem Solver Bangsa di Semarang: Penguatan Literasi Gajah Keris Jadi Investasi Masa Depan

Kemampuan literasi siswa sekolah dasar (SD) di Kota Semarang cukup baik karena masuk dalam peringkat 20 besar secara nasional.

Penulis: Raf | Editor: raka f pujangga
Tribunjateng/Raka F Pujangga
GAJAH KERIS - Guru Kelas 1, Ratna Savitri, saat program Gajah Mungkur 3 Kreatif Menulis (Gajah Keris) di SDN 3 Gajahmungkur Kota Semarang. Program tersebut digelar setiap Rabu pagi, seluruh siswa diminta untuk menuliskan sebuah topik atau tema bermuatan konten lokal Semarangan. 

“Ada siswa yang bisa memahami materi dalam satu bulan, tapi ada juga yang butuh dua bulan. Guru harus mampu memberikan asesmen kemampuan siswanya agar pembelajaran lebih tepat sasaran,” paparnya.

Fokus Baru 2025–2030

Berangkat dari hasil program 2018–2024, Tanoto Foundation kini menatap arah baru. 

Margaretha mengungkapkan mulai 2025 hingga 2030, lembaganya akan berfokus pada intervensi spesifik dalam pembelajaran matematika, terutama dalam memperkuat kemampuan guru memberikan instruksi dan mengenali cara belajar siswa.

“Ini penting agar guru tidak hanya mengajar, tetapi juga memahami bagaimana setiap anak belajar. Dengan begitu, mereka bisa membantu siswa mencapai potensi terbaiknya,” katanya.

Melalui program PINTAR dan berbagai inisiatif lain, Tanoto Foundation berkomitmen untuk terus memperkuat ekosistem pendidikan Indonesia. 

Harapannya, generasi muda Indonesia kelak menjadi pembelajar sepanjang hayat yang mampu berpikir kritis, berdaya saing global, dan memberikan manfaat bagi masyarakat.

GAJAH KERIS - Dian Marta Wijayanti (Foto kiri) Kepala SDN 3 Gajahmungkur Semarang, sekaligus penggagas program Gajah Keris atau Gajahmungkur 3 Kreatif Menulis yaitu kegiatan pembiasaan menulis setiap Rabu pagi yang mengadopsi konten lokal Semarangan. Setiap Rabu pagi, ratusan siswa itu bersiap dengan program Gajah Keris lewat buku khusus (foto kanan) yang diambil dari ruang kepala sekolah dan tidak boleh dibawa pulang.
GAJAH KERIS - Dian Marta Wijayanti (Foto kiri) Kepala SDN 3 Gajahmungkur Semarang, sekaligus penggagas program Gajah Keris atau Gajahmungkur 3 Kreatif Menulis yaitu kegiatan pembiasaan menulis setiap Rabu pagi yang mengadopsi konten lokal Semarangan. Setiap Rabu pagi, ratusan siswa itu bersiap dengan program Gajah Keris lewat buku khusus (foto kanan) yang diambil dari ruang kepala sekolah dan tidak boleh dibawa pulang. (Tribunjateng/Raka F Pujangga)

Gajah Keris Akan Terus Berkembang

Kepala SDN 3 Gajah Mungkur Kota Semarang, Dian Marta Wijayanti menegaskan Gajah Keris masih akan terus dikembangkan agar manfaatnya semakin luas. 

Ia berencana menjadikannya sebagai media publikasi sekolah, mulai dari mading hingga tabloid kecil yang menampung karya siswa, meski membutuhkan biaya tidak sedikit. 

“Setiap terbitan, sekitar 150 eksemplar buku karya siswa dicetak jadi biayanya lumayan juga. Hasilnya juga bisa diminta orang tua untuk dibawa pulang sebagai dokumentasi perkembangan anak,” katanya.

Selain itu, siswa potensial juga didorong mengikuti berbagai lomba menulis cerita pendek di tingkat kecamatan maupun kompetisi lain di luar Dinas Pendidikan, karena menurutnya kesempatan berprestasi tidak boleh dibatasi satu ruang saja. 

Namun, Dian menyadari karakteristik orang tua dan siswa berbeda-beda sehingga kemitraan antara sekolah dan keluarga perlu terus diperkuat.

Ia menekankan sekolah tidak hanya menerima anak-anak dengan kemampuan dasar yang sudah siap, tetapi juga berupaya mengembangkan potensi mereka agar mampu menghasilkan prestasi. 

Bagi Dian, yang terpenting adalah setiap anak berani berkarya dan memiliki ruang untuk berkembang. 

Begitu pula untuk guru, ia tidak ingin hanya fokus pada satu orang, tetapi mendorong semua guru untuk terus berinovasi. 

Baca juga: Sosok Dian Marta: Pencetus Program Gajah Keris, Inovasi Literasi Dari SDN 3 Gajahmungkur Semarang

“Contohnya ada Bu Ratna Savitri, guru berprestasi juara 3 tingkat Kecamatan Gajahmungkur, yang berhasil membuat permainan coding sederhana untuk siswa kelas 1 sebagai media pembelajaran,” katanya.

Ke depan, Dian menargetkan setiap tahun setidaknya ada satu prestasi guru dan satu prestasi siswa yang lahir dari sekolahnya. 

Dengan semangat itu, ia berharap Gajah Keris bukan hanya bertahan sebagai program sekolah, tetapi juga dapat direplikasi di sekolah lain sebagai model inovasi literasi dari Kota Semarang untuk Indonesia. (Raka F Pujangga)

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved