Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Solo

Potret Sepinya BTC Solo, Dahulu Pusat Perbelanjaan yang Ramai, Kini Puluhan Pedagang Gulung Tikar

Padahal dulunya, BTC merupakan tempat belanja yang ramai dikunjungi wisatawan yang datang ke Solo.

Penulis: Ardianti WS | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG/WORO SETO
SEPI - Puluhan kios di Beteng Trade Center (BTC) Solo tutup. Suasana BTC tampak sepi tidak seramai beberapa tahun lalu, Rabu (1/10/2025). 

TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Puluhan kios di Beteng Trade Center (BTC) Solo tutup.

Padahal dulunya, BTC merupakan tempat belanja yang ramai dikunjungi wisatawan yang datang ke Solo.

Kini nasib BTC sangat memilukan.

Keluhan mengenai lapak-lapak kosong dan omset yang menurun drastis di BTC Solo viral di media sosial.

Baca juga: Terdampak Efisiensi Anggaran, Operasional Bus Batik Solo Trans Perlu Gotong Royong

Tampak di media sosial tiktok, pemilik akun Kak Mon Jasa Curhat, memvideo kondisi lapak-lapak di BTC yang tengah dalam kondisi kosong dan tutup.

"Hai kak disini ada yang juga reseller BTC, ini aku keliling-keliling, aku reseller BTC itu sejak tahun 2017 ya.

Kalian pasti tahu sih yang udah jadi reseller lama dulu seperti apa dan sekarang seperti apa.

Sekarang banyak lapak-lapak yang kosong. Omset pastinya juga sangat berpengaruh sekarang udah menurun drastis.

Lapak-lapak yang kosong dulu full banget sekedar mengenang aja dulu jaya sekarang ekonomi sudah turun drastis," keluh pemilik akun media sosial tersebut. 

Sementara itu Rani (35), seorang pedagang di BTC saat dikonfirmasi membenarkan tentang banyaknya kios yang tutup dan kosong.

Hal tersebut memang dikarenakan adanya penurunan tren. 

"Karena ada tren menurun. Tapi biasanya kalau mau lebaran itu memang naik lagi. Terus daya beli masyarakat memang saat ini ekonominya enggak baik.

Jadi daya beli masyarakat pun juga menurun," ujarnya, Rabu (1/10/2025)

Rani menyebut tutupnya kios-kios yang ada di BTC tersebut tidak secara serentak. Namun secara bertahap. 

"Jadi kayak menurun gitu pasarnya, ada yang tutup, ada yang enggak gitu. Kalau yang ini mulai banyak yang kosong.

Sewanya juga pada habis juga. Sejak tanggal 25 September kemarin juga baru kelihatan banget yang tutup mana, yang masih mana. Tapi yang tutup itu memang bertahap," terangnya.

Sedangkan Rani memutuskan untuk tetap bertahan di tengah kondisi ekonomi yang menurun.  

Ia masih memiliki harapan BTC masih bisa menjadi lahan rejekinya. 

"Karena memang di sini menjadi gantungan banyak orang. Bukan cuman pedagang, tapi reseller juga banyak yang menggantungkan hidup di sini.

Orang-orang jualan minuman, jualan banyak yang terpengaruh sih sebenarnya. Tapi yang masih bertahan ya berharapnya bisa pulih lagi pasarnya, bisa ramai," harapnya. 

Rani menjelaskan para pedagang yang menutup kiosnya di BTC beberapa ada yang beralih berjualan secara online lewat tiktok, shoope dan market place lainnya. 

Namun ada juga beberapa pedagang, yang berhenti total. 

Hingga beralih profesi menjadi pengusaha kuliner atau ke sektor usaha yang lain. 

"Harapannya ekonomi Indonesia tetap pulih ya. Jadi daya beli masyarakat bisa naik lagi. Terus ada regulasi-regulasi yang lebih jelas lagi dari pemerintah tentang platform E-commerce itu. Jadi, tidak menggerus pedagang yang di pasar-pasar atau di pusat perbelanjaan kayak gini," paparnya. 

Selain itu pihaknya juga berharap pemerintah membuat kebijakan ataupun regulasi-regulasi yang membatasi soal impor.

"Jadi harus ada regulasi yang benar.  Pemerintah ikut campur tangan gitu loh. Kalau dibiarkan gini terus banyak pedagang yang gulung tikar nanti," tandasnya. (waw)

 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved