Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tribunjateng Hari ini

Sejarah Konflik Hangabehi-Tedjowulan 21 Tahun Silam Kembali Terulang 

Munculnya dua Paku Buwono (PB) XIV mengingatkan pada sejarah panjang konflik internal yang membayangi Keraton Solo

Tribunjateng/bramkusuma
Jateng Hari Ini Jumat 14 November 2025 

TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Munculnya fenomena dua Paku Buwono (PB) XIV mengingatkan pada sejarah panjang konflik internal yang membayangi Keraton Solo.

Sebelumnya, 21 tahun silam, konflik serupa terjadi saat penetapan PB XIII, setelah raja sebelumnya, PB XII, mangkat. 

Setelah PB XII wafat, pada 2004, tanpa menunjuk penerus resmi, dua tokoh sama-sama mengeklaim takhta: KGPH Hangabehi (kemudian menjadi PB XIII) dan KGPH Tedjowulan, yang juga menggelar penobatan sendiri sebagai PB XIII.

Keduanya merupakan putra PB XII dari istri yang berbeda.

PB XII tidak memiliki putra mahkota yang jelas karena tidak memiliki permaisuri, maka dua putra PB XII dari ibu yang berbeda saling mengakui takhta ayahnya.

Pada 31 Agustus 2004, KGPH Tejowulan dinobatkan sebagai raja oleh beberapa putra-putri PB XII di Sasana Purnama, Badran, Kottabarat, Solo, yang merupakan rumah milik pengusaha BRAy Mooryati Sudibya.

Padahal, sebelumnya rapat Forum Komunikasi Putra-Putri (FKPP) PB XII, pada 10 Juli 2004, telah menetapkan bahwa KGPH Hangabehi, putra tertua PB XII, yang berhak menjadi raja selanjutnya.

Forum memilih tanggal 10 September 2004 sebagai hari penobatan KGPH Hangabehi sebagai PB XIII.

Pada awal September 2004, secara tiba-tiba KGPH Tejowulan bersama para pendukungnya menyerbu dan mendobrak pintu Keraton Solo.

Keributan ini bahkan sempat menimbulkan beberapa orang luka-luka, termasuk para bangsawan dan abdi dalem yang saat itu berada di dalam keraton.

Namun, pada 10 September 2004, KGPH Hangabehi tetap dinobatkan sebagai raja oleh para pendukungnya di Keraton Solo. 

Raja kembar

Konflik Hangabehi dan Tedjowulan memicu konflik “raja kembar” yang berlangsung bertahun-tahun.  

Saat itu muncul sebutan PB XIII Hangabehi dan PB XIII Tedjowulan.

Konflik raja kembar tersebut berlangsung selama sekitar delapan tahun, hingga pada tahun 2012.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved