Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Tegal

Saat Tumplek Ponjen Dipentaskan dalam Sampak Tegalan, Tradisi Pernikahan Bontot Bertemu Bontot

Lagu berbahasa Tegal itu mengawali pertunjukan Sampak Tegalan (pementasan drama dengan dialek Tegal) berjudul Tumplek Ponjen

|
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: muh radlis
IST
TUMPLEK PONJEN - Tradisi pernikahan sesama anak bungsu di Tegal dipentaskan dalam Sampak Tegalan di Kampung Seni Tegal, Sabtu (20/9/2025) malam. Mempelai membuka selendang di pangkuan, kemudian keluarga dan tamu memberikan uang di selendang tersebut. Dok Kampung Seni Tegal 

TRIBUNJATENG.COM, TEGAL - 'Mlaku mlaku sore nang alun- alun, karo gerele enyong sing paling bagus. Jiwit-jiwitan guyonan mesra, gandengan tangan sedawane dalan.'


Lagu berbahasa Tegal itu mengawali pertunjukan Sampak Tegalan (pementasan drama dengan dialek Tegal) berjudul Tumplek Ponjen di Kampung Seni Tegal, Sabtu (20/9/2025) malam.


Irama musik kolaborasi dari saron, gendang, ukulele, dan terompet, membuat penonton terkesima di awal pertunjukan. 


Pentas tersebut dibuka dengan kisah dua keluarga yang rumahnya saling bersebelahan, keluarga Sueb dan Tarban, tetapi tidak pernah akur.


Di suatu pagi, istri mereka, Ratmi dan Sainah sudah bertengkar gegara suara berisik saat menyaring beras dengan tampah. 


"Apa sih Nah, kowen, geger apa apa esuk-esuk?" Kata Ratmi sedikit mengengas.


"Ya karepe enyong yah, pan ditapeni nganti sajam ya karepe enyong. Beras berase enyong olih tuku, ora olih ngoredi atawa utang nag warung. Emang koen sing sering utang beras nag warung," jawab Sainah dengan ketus.


Keduanya cekcok, saking berisiknya, Sueb dan Tarban beserta anak-anak mereka ikut keluar rumah. 


Potret lucu penuh ekspresif mereka saat sedang bertengkar menarik gelak tawa para penonton. 


Tetapi di tengah kehidupan keluarga Sueb dan Tarban yang saling bertetangga itu, keduanya mempunyai anak bungsu yang sama-sama belum menikah.


Anak bungsu Sueb laki-laki bernama Kirno, sedangkan anak bungsu Tarban perempuan bernama Jamilah.


Meski kedua orangtua mereka sering bertengkar, Kirno dan Jamilah diam-diam saling menyimpan rasa.


Hingga suatu ketika, saat ada masalah di antara kedua keluarga itu, Pak RT mencoba menengahinya. Pak RT juga menjadi makcomblang di antara kedua keluarga.


"Wis pada ngerti yen si Kirno kakarsi Jamilah kuwe anak bontot ya. Dadi kaya tradisine nang desa kene, kuwe ana tumplek ponjen sing kudu tetap dilestarikna," kata Pak RT setelah kedua keluarga sepakat menikahkan anaknya.


Akhir pertunjukan sampak tegalan ditutup dengan memperlihatkan tradisi tumplek ponjen yang diiringi musik dan tari balo-balo khas Tegal.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved