Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Mahasiswa Magang

Jika ke Sragen Bisa Mampir Menikmati Satai Kelinci di Tugu Gedhe Lemahbang

Di jalur utama Lemahbang, Karanganyar, Sambungmacan, Sragen, tepat di sisi Tugu Gedhe Lemahbang, berdiri warung sate kelinci

Editor: iswidodo
Tribun Jateng/Mahasiswa UIN Solo Magang
Satai Kelinci di Lemahbang, Karanganyar, Sambungmacan, Sragen, tepat di sisi Tugu Gedhe Lemahbang 

Jika ke Sragen Bisa Mampir Menikmati Sate Kelinci di Tugu Gedhe Lemahbang

TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN - Di jalur utama Lemahbang, Karanganyar, Sambungmacan, Sragen, tepat di sisi Tugu Gedhe Lemahbang, berdiri warung sederhana yang hampir tak pernah sepi pembeli. Warung itu dikenal luas dengan nama Sate Kelinci Pak Peng, kuliner khas Sragen yang telah melegenda karena cita rasa bumbunya yang kuat, lembutnya daging, dan kehangatan suasana warungnya.

Setiap pagi, asap panggangan dari arang batok kelapa mulai mengepul, menandai dimulainya aktivitas memasak yang sudah dilakukan selama lebih dari satu dekade. Dari luar, aroma bumbu sambal kecap yang khas membuat siapa pun yang melintas tergoda untuk berhenti sejenak mencicipinya.

Proses tusuk daging kelinci di warung Satai Kelinci di Lemahbang, Karanganyar, Sambungmacan, Sragen, tepat di sisi Tugu Gedhe Lemahbang
Proses tusuk daging kelinci di warung Satai Kelinci di Lemahbang, Karanganyar, Sambungmacan, Sragen, tepat di sisi Tugu Gedhe Lemahbang (Tribun Jateng/Mahasiswa UIN Solo Magang)

Menurut Pak Peng, sang pemilik yang juga turun langsung meracik bumbu dan memanggang sate, usaha ini dirintis sejak lebih dari duapuluh tahun lalu. Ia mengaku awalnya hanya menjual dalam jumlah kecil untuk tetangga sekitar, namun karena banyak pelanggan ketagihan, warung itu kini berkembang pesat.

“Awalnya cuma coba-coba, ternyata banyak yang suka. Dan kebetulan di daerah Sragen Timur juga belum ada. Akhirnya saya fokus jualan sate kelinci saja,” ujarnya saat ditemui di warungnya, Sabtu (11/10/2025).

Sate kelinci racikan Pak Peng dikenal dengan tekstur dagingnya yang empuk dan tidak amis. Proses pemanggangan dilakukan dengan hati-hati agar hasilnya matang merata tanpa kehilangan kelembutan daging. “Rahasianya di bumbu dan waktu bakar. Kalau terlalu cepat bisa keras, kalau terlalu lama malah kering,” tambahnya.

Harga yang ditawarkan pun masih sangat terjangkau. Untuk satu porsi lengkap dengan nasi dan sambal pedas khasnya dibanderol Rp30.000, sementara jika hanya membeli sate tanpa nasi, cukup Rp22.000 per porsi. Meski sederhana, cita rasa dan konsistensi itulah yang membuat pelanggan terus berdatangan.

Setiap hari, warung ini mampu mengolah 30 hingga 50 ekor kelinci. Pada akhir pekan, jumlah itu bisa meningkat. Dari penjualan tersebut, omzet harian Sate Kelinci Pak Peng bisa mencapai Rp3 juta hingga Rp4 juta.

“Yang penting kualitas dagingnya harus bagus. Kalau bahan kurang segar, saya putar cari kelinci yang benar-benar segar. Saya tidak mau pelanggan kecewa,” ungkap Pak Peng menegaskan.

Lokasi warung yang strategis, tepat di sisi Tugu Gedhe Lemahbang, membuatnya mudah dijangkau oleh siapa pun yang melintas di jalur Solo–Ngawi. Tak heran, banyak pengunjung berasal dari luar Sragen seperti Karanganyar, Solo, hingga Madiun.

“Saya sudah coba sate kelinci di banyak tempat, tapi yang paling enak tetap di sini. Dagingnya lembut, bumbunya gurih, dan porsinya pas. Rasanya gak pernah berubah dari dulu,” kata Pak Narsong pelanggan sate.

Selain itu, suasana warung yang sederhana dan ramah menambah daya tarik tersendiri. “Tempatnya memang sederhana, tapi justru itu yang bikin nyaman. Kalau bawa keluarga, rasanya kayak makan di rumah sendiri,” imbuhnya sambil tersenyum.

Dengan keuletan dan ketulusan dalam menjaga cita rasa, Sate Kelinci Pak Peng kini bukan hanya sekadar warung, melainkan simbol kuliner tradisional yang bertahan di tengah gempuran makanan modern. Dari Lemahbang, aroma sate ini menyebar, membawa cerita tentang kerja keras, kejujuran, dan kenikmatan yang lahir dari api panggangan sederhana. (Clarisa Titania Pangestika/Mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia UIN Raden Mas Said Surakarta/Magang Tribunjateng.com)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved