Pilgub Jateng
Muncul Calon Alternatif di Pilgub Jateng 2018, Siapa Dia?
Meski tinggal setahun lagi, suhu politik masih dingin-dingin saja.. Muncul Calon Alternatif di Pilgub Jateng 2018, Siapa Dia?
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jateng telah memperkirakan pelaksanaan pemungutan suara Pemilihan Gubernur Jawa Tengah akan digelar pada Juni 2018. Meski tinggal setahun lagi, suhu politik masih dingin-dingin saja.
Pengamat politik Teguh Yuwono menengarai hanya masalah waktu, nama-nama yang berpotensi maju dalam perhelatan pilgub 2018 akan bermunculan.
Menurut Teguh, mereka yang akan maju dalam pilgub Jateng nanti baru akan bicara jika konstelasi politik menghangat.
"Saat ini jelas baru nama Ganjar Pranowo selaku incumbent yang muncul, tapi nanti akan diikuti nama-nama lain," kata Teguh, Minggu (12/3) malam.
Teguh juga melihat sebenarnya banyak sosok yang layak maju dalam perhelatan lima tahunan ini, selain incumbent atau petahana.
Menurut Teguh nama-nama bupati perempuan yang sukses memimpin daerahnya, juga punya peluang besar untuk maju ke pilgub.
"Pertimbangan kepentingan gender juga bisa dijadikan cara memunculkan nama baru. Sebut saja Bupati Kendal Mirna Annisa, Bupati Grobogan Sri Sumarni, atau Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati. Mereka punya kelebihan yang bisa jadi modal di pilgub," terang Teguh.
Selain bupati aktif, Teguh juga menyebut mantan Bupati Batang, Yoyok Sudibyo sebagai calon potensial.
Mekanisme majunya seorang calon gubernur melalui partai politik menurut Teguh merupakan perkara yang mudah. Namun menyatukan dua nama calon gubernur dan wakilnya justru tidak mudah, dan inilah yang membuat parpol berhati-hati.
"Ini butuh proses panjang, sebab pertimbangan parpol juga membutuhkan persetujuan dari tingkat DPC hingga DPP. Di sisi lain, maju sebagai calon independen juga rumit, pertama dukungan untuk mereka harus memenuhi persentase sekian dari jumlah penduduk. Bahkan Ahok dan Ridwan Kamil saja kesulitan," bebernya.
Teguh menilai, masyarakat di Jateng lebih menyukai calon yang diusung parpol. Dalam hal ini, PDIP yang merupakan partai dengan basis simpatisan terbesar kemungkinan memasukkan nama Ganjar.
Namun menurutnya PDIP di tingkat kota/kabupaten belum tentu menginginkan nama yang sama. Jika sudah demikian, PDIP membutuhkan rekomendasi dari DPP.
"Saat ini incumbent di mana-mana memimpin, mereka tidak mudah dikalahkan, meskipun juga bukan tidak mungkin kalah," ujarnya.
Teguh menilai, nama-nama yang akan muncul jika diusung oleh partai-partai yang ‘tanggung’ tidak akan sanggup melawan PDIP jika partai-partai tersebut bergerak sendiri-sendiri. Jika menggunakan teori politik maka Teguh mengatakan nama-nama baru bisa muncul dari dalam parpol.
"Antara lain ketua parpol di tingkat provinsi. Parpol semacam Golkar, Demokrat, PKS bisa memunculkan nama-nama ini. Saya lihat Sukawi Soetarip, Bambang Sadono merupakan beberapa di antaranya," ujarnya.