Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kekerasan Terhadap Wartawan

BERITA LENGKAP Aparat Paksa Wartawan Hapus Foto-foto Kekerasan Demo PLTP di Banyumas

BERITA LENGKAP Aparat Paksa Wartawan Hapus Foto-foto Kekerasan Demo PLTP di Banyumas. Ada wartawan dipukul dan diinjak-injak aparat

Editor: iswidodo
tribunjateng/khoirul muzaki
Sejumlah awak media gelar unjuk rasa di depan Pendopo Kabupaten Banyumas, Selasa (10/10). Mereka tuntut aparat yang melakukan kekerasan terhadap wartawan ditindak tegas 

TRIBUNJATENG.COM, BANYUMAS - Demo penolakan terhadap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Baturraden di depan gerbang Pendopo Sipanji Purwokerto, Kabupaten Banyumas, berakhir ricuh, Senin malam, sekitar pukul 22.15 WIB (9/10).

Akibat kericuhan itu, beberapa pendemo terluka akibat bentrok fisik dengan aparat. Tak hanya pendemo, wartawan yang sedang menjalankan tugas meliput demo juga terluka karena dipukul dan diinjak aparat yang terdiri dari polisi dan satpol PP. Aparat sempat memaksa beberapa wartawan menghapus gambar kekerasan aparat terhadap para pendemo dalam kamera wartawan.

Beberapa menit sebelum ricuh, melalui pengeras suara, petugas telah memperingatkan massa agar membubarkan diri dengan dalih, batas akhir demonstrasi sesuai kesepakatan berakhir pukul 22.00.

Sejumlah awak media gelar unjuk rasa di depan Pendopo Kabupaten Banyumas, Selasa (10/10). Mereka tuntut aparat yang melakukan kekerasan terhadap wartawan ditindak tegas
Sejumlah awak media gelar unjuk rasa di depan Pendopo Kabupaten Banyumas, Selasa (10/10). Mereka tuntut aparat yang melakukan kekerasan terhadap wartawan ditindak tegas (tribunjateng/khoirul muzaki)

Namun perwakilan Aliansi Selamatkan Slamet melalui pengeras suara meminta ada negosiasi ulang perihal waktu demonstrasi.

Di dalam pendopo, ratusan polisi bersiaga. Peringatan agar demonstran kembali terdengar saat waktu menunjuk pukul 22.00.

Sekitar pukul 22.15, ratusan polisi dan Satpol PP mendekati demonstran yang saat itu berkumpul di Tenda Posko Perjuangan.

Sejumlah demonstran ditarik paksa oleh petugas ke dalam pendopo lalu dibawa ke Mapolres untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Bangkit, perwakilan aliansi Selamatkan Slamet mengecam tindakan represif aparat Kepolisian terhadap pihaknya saat menggelar aksi damai bertajuk pentas budaya di pendopo semalam.

Ia bahkan mengklaim penangkapan sejumlah demonstran itu disertai pemukulan serta penyitaan barang-barang milik demonstran.

Sejumlah wartawan melakukan unjukrasa di pendopo Kabupaten Banyumas, Selasa 10 Oktober 2017
Sejumlah wartawan melakukan unjukrasa di pendopo Kabupaten Banyumas, Selasa 10 Oktober 2017 (tribunjateng/khoirul muzaki)

Dalam menjalankan tugas pemeliharaan dan ketertiban masyarakat, kata dia, aparat harus mematuhi aturan berlaku, dan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia.

"Kepolisian Republik Indonesia mempunyai Peraturan Kapolri No 08/2009 tentang Pedoman Implementasi Hak Asasi Manusia. Semestinya jika aparat berpedoman pada peraturan tersebut, maka tindakan-tindakan represif yang terjadi pada masa aksi tidak terjadi," katanya, Selasa (10/10).

Dalam setiap aksi penolakan PLTP Baturraden ini, Bangkit mengklaim pihaknya selalu menggunakan cara-cara damai.

Demonstrasi yang dikemas dengan pentas budaya dinilainya tidak pantas dibubarkan.

Berdasarkan data yang dihimpun aliansi, ada belasan peserta aksi yang sebagian merupakan mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto ditangkap oleh polisi.

"Tenda juga dihancurkan dan beberapa barang elektronik serta kendaraan dibawa petugas," katanya.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved