PENGAKUAN Ayam Kampus: Dari Kondom, Tolak Bayaran Tinggi hingga Dokter Spesialis Kelamin Pribadi
Secara berkala, atau jika mengalami keluhan lain di dalam tubuh, ia segera memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam.
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Fenomena “ayam kampus” atau prostitusi yang melibatkan kalangan mahasiswi masih eksis di Semarang. Meski sulit untuk menemui para pelaku bisnis esek-esek ini, pengakuan dari beberapa orang yang berhasil ditemui Tribun Jateng cukup mengejutkan.
Menjadi 'ayam kampus' tentu bukan bagian dari cita-cita Kenanga, mahasiswi universitas swasta di Kota Semarang. Ia pun segan dan malu jika lingkungan di kampus, atau bahkan keluarga mengetahui dunia hitam yang digelutinya sejak setahun terakhir.
Tak ingin identitas aslinya tersebar, Kenanga menggunakan nama samaran. "Akun di medsos, semunya pakai nama samaran, saya juga selektif saat menerima permintaan pertemanan," ucapnya, kepada Tribun Jateng, yang berhasil mewawancarainya baru-baru ini.
Baca: Pendaki Yang Hilang di Gunung Raung Ditemukan Tewas di Bawah Puncak Tusuk Gigi
Selain itu, Kenanga memilah-milah mana medsos, nomor telepon, dan aplikasi pesan untuk berkomunikasi dengan teman-teman kampus, keluarga, serta untuk 'bekerja'.
Menurut dia, hal itu mutlak diperlukan, guna menjaga privasi dari gangguan orang-orang yang tak diinginkan. "Nomor untuk kerja kan sewaktu-waktu bisa ganti. Beda dengan kontak untuk teman-teman, terlebih keluarga," tuturnya.
Selain itu, kepada keluarga Kenanga mengaku bekerja di sebuah pusat perbelanjaan terkenal di Kota Lumpia dengan gaji yang cukup menjanjikan. Sehingga, keluarganya tak curiga dari mana ia bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, termasuk membayar uang kuliah.
Baca: Semula Hanya Disuruh Temani Tamu Ngamar Lama-lama Mahasiswi Ini Ketagihan
"Ya tidak mungkinlah saya cerita hal seperti ini (menjadi ayam kampus-Red) ke keluarga. Yang tahu saya begini juga hanya teman-teman dekat saja," ucapnya.
Meski demikian, Kenanga mengakui, pekerjaannya sebagai ayam kampus penuh risiko. Ia pun tak mau main-main dalam kesehatan. Dalam hal ini, ia selalu menggunakan kondom saat melayani tamu.
"Kalau tamu tak bersedia menggunakan kondom, saya tolak. Dibayar Rp 10 juta pun, kalau syaratnya melepas kondom, saya tidak mau. Kerja gini harus aman, demi kesehatan, buat apa dapat duit banyak, tapi nanti ke depannya tidak sehat?" katanya, kepada Tribun Jateng.
Selain selalu menggunakan pengaman, Kenanga rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter spesialis kulit dan kelamin.
Baca: HEBOH! Tawuran Rombongan Pengiring Mobil Pengantar Jenazah dengan Warga
Secara berkala, atau jika mengalami keluhan lain di dalam tubuh, ia segera memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam.
"Saya punya dokter langganan yang selalu mewanti-wanti untuk tak lupa menggunakan kondom. Orangnya (dokter itu-Red) care (perhatian)," imbuhnya.