Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Dua Oknum Polisi yang Aniaya Junior hingga Tewas Resmi Dipecat

Kapolda Sulawesi Tenggara Brigjen Iriyanto, resmi memecat dua anggota polisi berpangkat Bripda, pelaku penganiayaan juniornya hingga tewas.

Editor: m nur huda
Dok Humas Polda Sultra
Dua oknum polisi penganiaya yuniornya menunjukkan surat pemecatannya dalam Rutan Kelas II A Kendari. 

TRIBUNJATENG.COM, KENDARI - Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Tenggara (Sultra) Brigjen Iriyanto, resmi memecat dua anggota polisi berpangkat brigadir dua (Bripda), pelaku penganiayaan yuniornya Bripda Fathurrahman hingga tewas pada 3 September 2018 lalu.

Pemberhentian Dengan Tidak Hormat (PTDH) kepada dua anggota polisi yakni Bripda Zulfikar dan Bripda Fislan itu berdasarkan surat keputusan (S Kep) Kapolda Sultra tertanggal 6 Februari 2019.

Kabid Humas Polda Sultra AKBP Harry Golden Hart membenarkan pemecatan dua anggota polisi yang sebelumnya bertugas di Satuan Samapta Polda Sultra itu.

Penyerahan surat keputusan itu, kata Harry, bertempat di Rutan Kelas II A Kendari.

"Petikan Keputusan Kapolda Sultra Nomor : Kep/55/II/2019 tanggal 06 Februari 2019 atas nama Bripda Fislan Nrp 91110440 Ba Ditsamapta Polda Sultra dan petikan Keputusan Kapolda Sultra Nomor :Kep/56/II/2019 tanggal 06 Februari 2019 atas nama Bripda Sulfikar Ali Akbar Nrp 97030062 Ba Ditsamapta Polda Sultra," kata Harry, dalam pesan WhatsApp, Kamis (14/2/2019).

Kabid Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Sultra AKBP Agoeng Kurniawan mengatakan, dengan adanya Surat Keputusan itu, maka keduanya tidak lagi menerima gaji dan bukan lagi anggota polisi.

“Kebijakan Kapolda sebelumnya dan Kapolda sekarang, Brigjen Pol Iriyanto, bahwa tidak dilakukan upacara PDTH karena itu aib kita.

Namun demikian, kami konsisten semua anggota yang melakukan pelanggaran kami proses. Jadi, hanya begitu S Kep PDTH keluar, maka anggota Propam menemui keluarganya memberikan S Kep itu,” kata Agoeng, saat dihubungi terpisah.

PDTH tersebut, lanjut Agoeng, berdasarkan rekomendasi sidang Komisi Kode Etik Kepolisian di Polda Sultra pada 25 Oktober 2018, bahwa Zulfikar dan Fislan tidak layak lagi menjadi polisi.

Polri Pecat Dua Anak Jenderal dan Tujuh Anak Kombes dari Taruna Akpol

Lalu, keduanya melalui kuasa hukum, melakukan banding ke Kapolda Sultra, sehingga dibentuklah komisi banding untuk melihat kelayakan keputusan rekomendasi komisi kode etik.

Komisi banding itu melihat fakta-fakta di persidangan komisi kode etik maupun persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Kendari, hasilnya Kapolda Sultra mengambil sikap bahwa memang Fislan dan Zulfikar tidak layak lagi dipertahankan sebagai anggota polisi sehingga keluarlah S Kep PDTH.

Pemecatan 13 Taruna Akpol Sudah Dilaporkan ke Kapolri

Sebelumnya, pada putusan sidang di Pengadilan Negeri Kendari, jaksa penuntut umum (JPU) menuntut Zulfikar dan Fislan dengan menggunakan Pasal 351 KUHP tentang Penganiayaan Menyebabkan Kematian.

Selanjutnya, terhadap tuntutan itu, hakim memvonis 5 tahun penjara kepada kedua oknum polisi itu pada akhir Januari 2019.

Seperti diberitakan sebelumnya, Bripda Fathurrahman meninggal dunia pada 3 September 2018 dini hari, usai dianiaya dua seniornya yakni Bripda Zulfikar dan Bripda Fislan.

Penganiayaan itu terjadi di Barak Dalmas Mako Polda Sultra, diduga dipicu kecemburuan Zulfikar terhadap Fathurrahman karena pacarnya makan bersama dengan korban.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dua Oknum Polisi di Sultra Penganiaya Junior hingga Tewas Dipecat"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved