Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tribun on Focus

Sasana Tinju Satriamas Semarang, Bekas Garasi Lahirkan Tiga Juara

Begitu menginjakkan kaki di sasana, mata kita akan tertuju sebuah sansak dengan kondisi yang miris

Editor: agung yulianto
zoom-inlihat foto Sasana Tinju Satriamas Semarang, Bekas Garasi Lahirkan Tiga Juara
Tribun Jateng/Hermawan Handaka
Rasmanudin, petinju kelas Bantam Super peringkat enam IBO Asia Pasifik, berlatih dengan sansak ala kadarnya di Sasana Satriamas, Sabtu (13/7/2013).

BANGUNAN di Jalan Madukoro 36 Semarang, sama sekali tak terlihat sebagai sasana tinju. Satu kata yang spontan meluncur dari bibir orang yang melihatnya adalah; Memprihatinkan.

Betapa tidak, Kawah Candradimuka gladiator ring tinju yang bernama Sasana Satraiamas ini hanyalah bekas garasi bus PO Sindoro Satriamas. Semakin masuk, kesan semrawut jelas terlihat. Untuk menuju sasana di lantai atas garasi bus, tak ada tangga permanen dari beton, apalagi lift. Atlet dan pelatih menggunakan tangga dari kayu.

Begitu menginjakkan kaki di sasana, mata kita akan tertuju sebuah sansak dengan kondisi yang miris. Hampir setengah dari sasaran pukul petinju sudah dibungkus lakban. Kulit sansak yang tidak dibungkus lakban, tampak sudah pecah-pecah di berbagai sisi.

Di sebelah sansak, sebuah rak menyimpan peralatan tinju, terlihat reot berdiri. Tidak berbeda jauh dengan sansak, rak berbahan kayu ini juga tampak kusam. Demikian juga dengan perlengkapan tinju yang tersimpan di dalamnya.

Melengkapi pemandangan di sasana itu, sebuah barbel yang sudah berkarat, tergeletak di antara sansak dan rak peralatan. Di sudut ruangan, terdapat peralatan fitnes yang sudah dipreteli karena sudah rusak. Karena sudah tidak bisa difungsikan, peralatan tersebut dimodifikasi untuk sit up dan jenis olahraga lainnya.

Suasana di sasana semakin tidak sedap, ketika melihat bagian sudut yang berubah menjadi tempat menjemur pakaian. Ditambah lagi, atap di sasana yang dipenuhi sarang laba-laba.

Meski kecil dan usang, namun dari sasana itu telah lahir tiga jawara tinju nasional. Masing-masing adalah Rasmanudin di kelas bantam super; Arief Bladder yang merajai kelas bulu; dan Fran Yarangga di kelas ringan.

Pemandangan memprihatinkan semakin terasa ketika masuk ke kamar atlet di depan tangga. Dalam ruangan berukuran sekitar empat meter kali tiga meter ini, menghampar dua kasur tanpa sprei.

Menurut pelatih di Sasana Satriamas, Budi Winson, di kamar itulah para atlet binaannya terlelap melepas lelah setelah berlatih adu jotos. Tidak ada AC atau perlengkapan mewah, hanya televisi yang bisa dijadikan hiburan di dalam kamar atlet Sasana Satriamas.

Profesional
Pada awal berdiri, lima tahun lalu, Sasana Satriamas terbilang gagah. Saat itu, tempat berlatih tinju ini mendapat suntikan dana dari pemilik PO Sindoro Satriamas.

"Sejak awal kami memang ingin bergerak di tinju amatir, dengan dasar hobby dan untuk pembinaan," ujar Direktur PT Sindoro Satria Mas dan wakil ketua Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina), Dede Indra Permana.

Namun sasana yang berdiri pada 2008 tersebut dalam perkembangannya memiliki beberapa petinju profesional. Sehingga, pada sejak delapan bulan lalu, PT Sindoro Satriamas memilih menghentikan suntikan dana.

"Karena kemudian bergerak ke profesional, saya sedikit-sedikit mencoba untuk mengangkat mereka menjadi petinju mandiri," tambah Dede. Saat ini, ada enam petinju profesional di sasana Sindoro.

Menurutnya, petinju profesional bisa menghidupi sasana dan atletnya sendiri dari hasil bertinju, karena memang Tinju adalah profesi mereka.

"Namun tidak serta merta saya lepaskan, mereka juga saya beri pekerjaan sebagai keamanan di lokasi PT Sindoro, selain mereka tetap berlatih di sasana," ujar Dede.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved