Ngopi Pagi
Kebajikan Jatayu
Syahdan, sepoi angin di sesela dedaun yang membuat Jatayu--kadang-kadang dituliskan sebagai Jentayu--nyaris terlelap seketika minggat saat terdengar
Penulis: achiar m permana | Editor: Catur waskito Edy
Saya sepakat dengan Pratikno. Esensi peringatan Hari Lahir Pancasila tentu bukan sekadar menggelar upacara, apalagi menanggalmerahkan ansich. Walaupun tanggal merah juga penting, setidaknya membuat buruh macam saya rehat sejenak di tengah pekan yang bikin penat.
Jauh lebih penting dari itu, bagaimana mengupayakan nilai-nilai Pancasila lahir dan hadir di tengah kehidupan kita. Hadir dan bermakna. Peringatan Hari Lahir Pancasila seyogianya kian menguatkan kesadaran bahwa kita hidup berbhineka, beraneka suku, agama, maupun latar budaya. Kita hidup di dalam "perbedaan adalah keniscayaan".
Seperti kebajikan Jatayu, pembelaan hanya boleh atas nama dan untuk kebenaran. Atas nama dan untuk kemanusiaan. Bukan untuk kelompok atau golongan sendiri.
Kalau masih ada saja yang mengganggap siapa pun yang berbeda sebagai liyan--yang harus dilawan, wajib ditaklukkan--rasanya, peringatan Hari Lahir Pancasila setiap hari pun tak ada manfaatnya. (*)