Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kembali ke Kearifan Lokal, Warga Kalibening Diimbau Bangun Rumah Panggung yang Tahan Gempa

Tidak butuh biaya super mahal untuk membangun rumah tahan gempa yang sulit dijangkau masyarakat pedesaan

Penulis: khoirul muzaki | Editor: m nur huda
ihome108.com
Ilustrasi rumah panggung 

Laporan Wartawan Tribun Jateng Khoirul Muzakki

TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Gempa berskala 4,4 SR dengan kedalaman 4 kilometer yang mengguncang wilayah Kecamatan Kalibening 18 April 2018 lalu menimbulkan kerugian besar bagi warga.

Ratusan rumah hancur akibat bencana itu, hingga menimbulkan dua korban jiwa dan puluhan warga luka.

Sebanyak 2.125 warga desa terdampak hingga sekarang masih bertahan di pengungsian.

Bencana itu juga meyisakan trauma mendalam bagi warga hingga mereka enggan kembali ke rumah dalam wakru dekat.

Sementara itu, pemerintah telah menyiapkan bantuan renovasi rumah untuk para korban agar mereka bisa kembali menempati rumahnya kembali.

Paska kejadian ini, warga Kalibening perlu meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana serupa di kemudian hari.

Satu di antara upaya untuk mengurangi risiko bencana itu adalah, dengan memikirkan desain rumah yang tahan gempa.

Tidak butuh biaya super mahal untuk membangun rumah tahan gempa yang sulit dijangkau masyarakat pedesaan.

Pakar Geologi Unsoed Purwokerto, Fadlin mengatakan, masyarakat yang tinggal di wilayah rawan gempa sebaiknya kembali kepada kearifan lokal tentang konstruksi bangunan adat.

Sadar atau tidak, nenek moyang telah mewariskan teknologi bangunan yang sangat berharga bagi kelangsungan hidup manusia seterusnya.

Manusia zaman dahulu cenderung hidup menyatu dengan alam sehingga perilaku alam jadi perhatian betul bagi mereka.

Pengenalan terhadap perilaku alam, semisal banjir, longsor, hingga gempa membuat mereka membangun rumah yang mampu bertahan dari ancaman bencana itu, berbekal pengetahuan secara turun temurun.

Karena itu setiap daerah punya ciri khas rumah masing-masing menyesuaikan kondisi alam yang berbeda.

Satu di antara rumah tradisional yang terbukti ampuh menahan serangan gempa adalah rumah panggung.

Ya, desain rumah panggung bisa jadi pilihan warga terdampak gempa Kalibening saat merencanakan pembangunan rumah barunya nanti.

Cara itu juga diyakini lebih efisien ketimbang relokasi ratusan KK yang pasti menguras biaya mahal.

Di samping berbiaya besar, pemerintah akan kerepotan mencari lahan yang aman. Tahapan relokasi juga dipastikan bakal ribet dalam prosesnya.

"Kalau biaya relokasi itu sangar tinggi, menurut saya pakai cara kearifan lokal, rumah panggung," katanya.

Karakter rumah panggung disebut Fadlin seperti bangunan tahan gempa. Bangunan tidak ditanam layaknya rumah permanen, namun bersifat menumpang.

Jika terjadi guncangan gempa, struktur bangunan semacam ini hanya bergoyang dan tidak mengalami kerusakan signifikan.

Material bangunan berupa kayu atau bambu juga memengaruhi ketahanan rumah itu karena punya kelenturan terhadap guncangan gempa.

Dengan rumah yang mampu bertahan dari guncangan gempa, keselamatan jiwa penghuninya lebih terjamin, sehingga korban jiwa bisa ditekan jika bencana terjadi sewaktu-waktu.

"Ini juga bisa dijadikan suatu pilot project rumah tradisional tahan gempa,"katanya.

Terbukti, kebanyakan rumah penduduk yang rusak atau hancur di beberapa desa terdampak gempa di Kalibening adalah rumah permanen atau tembok.

Selain hancur, puing bangunan rumah permanen yang terbuat dari material padat dan berat melukai puluhan orang hingga merenggut nyawa.

Sementara masyarakat pedesaan kini berlomba membuat rumah permanen tanpa memerhatikan kondisi alam.

Di desa-desa rawan semisal Kalibening, keberadaan rumah permanen atau beton cukup dominan. Tak ayal, saat gempa terjadi kemarin, dampak kerusakan hampir merata terjadi di setiap rumah penduduk.(*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved