Air Berkah Waisak Diambil dari Wana Wisata Umbul Jumprit Temanggung
air yang disemayamankan diambil dari sumber mata air Umbul Jumprit, pegunungan Sumbing, Kabupaten Temanggung.
Dalam pengelolaannya berada di Perum Perhutani KPH Kedu Utara, yakni masuk dalam petak 8A RPH Kwadungan BKPH Temanggung dengan luas 1,6 Ha.

Suasananya tenang. Sendang ini lebih dikenal sebagai tempat bersemedi maupun kungkum. Biasanya dilakukan setelah lewat tengah malam. Namun, bukan berarti datang ke sini khusus untuk melakukan kegiatan ritual.
Pesona alam hutan yang masih hijau menjadi alas an untuk menepi sejenak dari keriuhan hidup di perkotaan.
Masuk ke wana wisata Jumprit, pengunjung dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp 10 ribu.
“Disarankan untuk tidak membawa kantong plastik yang berisi makanan, karena akan mengundang kera-kera yang tinggal di sekitar sana untuk merebutnya,” tambah Suyoko.
Menggunakan kendaraan pribadi lebih efisien jika ingin menuju ke lokasi ini, dikarenakan aksesnya yang tidak dilalui angkutan umum.
Kawasan Jumprit berada di jalur strategis, yaitu jalur wisata Borobudur-Dieng, Semarang-Bandungan-Dieng, serta dari berbagai arah dengan kemudahan aksesibilitas, baik dari Wonosobo, Kendal, maupun Yogyakarta.
Jalur yang dilalui jika dari pusat Kecamatan Ngadirejo sudah di aspal halus, namun masih ada beberapa lubang.
Legenda
Dalam kisah legenda, sendang dan tempat petilasan Jumprit digunakan oleh Pangeran Singonegoro asal kerajaan Majapahit.
Cerita singkatnya, saat Majapahit berperang melawan Kerajaan Demak dan akhirnya harus kalah dengan Demak, pangeran Singonegoro beserta istri dan kedua pengawalnya diajak untuk bertapa di petilasan Jumprit.
Tidak jauh dari petilasan, terdapat makam sang pangeran dan istrinya yang sampai sekarang masih dikeramatkan.
Di kawasan petilasan dan sendang ini, terdapat ratusan monyet ekor panjang, yang dipercaya sebagai keturunan dari Ki Dipo, yakni monyet peliharaan Pangeran Singonegoro yang bisa berbahasa manusia.
Tradisi di Sendang Jumprit

1. Pengambilan air suci Waisak