Berburu Jajanan Tempo Doeloe di Pasar Slumpring Tegal, Bayar Apapun Pakai Bambu
Beraneka macam kuliner tradisional digelar di Pasar Slumpring, Desa Cempaka, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: muslimah
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Mamdukh Adi Priyanto
TRIBUNJATENG.COM,SLAWI - Beraneka macam kuliner tradisional digelar di Pasar Slumpring, Desa Cempaka, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal.
Mulai nasi tiwul, nasi jagung, kupat tahu, pecel, minuman bandrek, teh poci, wedan tape, dan sebagainya.
Untuk menikmati aneka makanan dan minuman itu, pengunjung membayarnya menggunakan koin bambu yang telah dibentuk persegi panjang sebagai alat pembayaran sah khusus di pasar tersebut.
Untuk mendapatkan 'uang bambu' tersebut, pengunjung harus terlebih dahulu menukarnya dengan uang rupiah. Satu koin senilai Rp 2.500.
Pasar Slumpring merupakan pasar di tengah kebun bambu. Lokasinya berdekatan dengan objek wisata Tuk Mudal Desa Wisata Cempaka.
Tum Mudal adalah objek wisata berupa kolam air yang merupakan sumber air di desa tersebut. Tuk Mudal sangat Instagramable untuk pengunjung yang senang berselfie. Desa wisata ini baru diresmikan Pemkab Tegal beberapa waktu yang lalu.
Setelah berwisata alam di daerah pegunungan itu, pengunjung bisa mampir ke Pasar Slumpring untuk mengisi perut dan melepas dahaga dengan aneka makanan dan minuman tradisional.
Di tangan pemerintah desa dan kelompok sadar wisata (pokdarwis) setempat, kebun bambu yang terdapat di pelosok Kabupaten Tegal itu kini diburu banyak wisatawan.
Pasar yang hanya buka pada Minggu pagi dari pukul 07.00-12.00 WIB itu tidak hanya menjadi magnet wisatawan lokal, namun juga dari luar daerah.
Meski pasar dibuka hingga siang, jangan takut kepanasan. Suasana rindangnya pohon bambu bakal menyelimuti pasar dan terasa sejuk.
"Ketika di sini, ibaratnya kami mulai kembali ke desa dan masuk dalam suasana berbeda. Sangat menarik bagi kami yang setiap hari hidup di kota, banyak yang bisa di-eksplor," kata seorang pengunjung dari Jakarta, Michelle Clara (21), baru- baru ini.
Pasar Slumpring, kata dia, menyajikan jajanan tradisional yang saat ini sudah jarang lagi dijumpai, namun tidak kalah rasanya dengan makanan jaman now.
"Sudah jarang saya menemukan makanan yang di sini. Tapi rasanya tetap enak, tidak kalah dengan makanan- makanan modern saat ini," ujarnya.
Semua makanan dan minuman yang dijual di pasar murni hasil kreasi warga lokal yang diperdayakan.
"Biasanya saya bertani dan berkebun. Karena ada pasar setiap Minggu, jadi saya memilih jualan. Untungnya lumayan berjualan di sini, karena sangat laku dan pengunjungnya banyak," kata seorang pedagang nasi jagung, Umyati (40).
Umyati merupakan satu warga lokal yang berjualan di Pasar Slumpring. Pada hari- hari biasa dia bertani dan berkebun, namun, untuk setiap Minggu, dia bisa mengaiz rezeki di pasar tersebut.
Keunikan Pasar Slumpring dan keasrian tempatnya membuat penasaran mantan Kapolri Jenderal (Purn) Sutanto yang berkunjung baru- baru ini.
Sutanto yang merupakan kelahiran Comal, Kabupaten Pemalang itu berkunjung dengan keluarganya menggunakan kendaraan minibus.
Kepala Desa Cempaka, Abdul Khayyi, menuturkan Sutanto sempat mencicipi sejumlah makanan yang ada di Pasar Slumpring.
"Kedatangannya tiba- tiba karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya. Dia memang sengaja ke sini, katanya mau sekalian pulang ke Pemalang," tuturnya.
Khayyi menyatakan untuk masuk ke Pasar Slumpring dan Tuk Mudal, tidak dikenakan tiket masuk. Pengunjung hanya dikenakan tarif parkir kendaraan.
"Selain Pasar Slumpring, pengunjung bisa menikmati wisata Tuk Mudal dengan wahan wisata balon raksasa, getek, getek besar untuk selfie di tengah- tengah kolam," ucapnya.
Desa Wisata Cempaka berada di sisi paling tenggara Kabupaten Tegal yang berbatasan dengan Kabupaten Brebes.
Lokasinya yang berada di pegunungan tinggi sangat cocok untuk pengunjung yang mendambakan wisata alam. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/beraneka-macam-kuliner-tradisional-digelar-di-pasar-slumpring_20181017_141010.jpg)