Kadinkes Jateng Sebut Ada Pergeseran, Penyakit Tidak Menular Sebabkan Kematian
Sejak tahun 2000 hingga sekarang, penyebab kematian disebabkan karena penyakit tidak menular.
Penulis: Bare Kingkin Kinamu | Editor: galih permadi
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Bare Kingkin Kinamu
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Terjadi pergeseran tren penyakit yang menyebabkan kematian.
Sejak tahun 2000 hingga sekarang, penyebab kematian disebabkan karena penyakit tidak menular.
Yakni penyakit yang bisa dikendalikan melalui pola hidup baik dari makanan maupun lingkungan.
Seperti diabetes, jantung, darah tinggi, dan lainnya.
Hal tersebut menjadi fokus diskusi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dalam Seminar penguatan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) di Kantor Dinkes Provinsi Jateng, Kamis (29/11/2018).
"Pengendalian penyakit sangat penting dilakukan, hal ini tentu harus dimulai dari hal yang paling sederhana dalam kehidupan. Dengan pola hidup sehat dsn pola makan, kita bisa mengendalikan penyakit tidak menular, minimal mencegah," tutur Kadinkes Jateng, dr. Yulianto Prabowo, M.Kes kepada Tribunjateng.com.
Ada berbagai cara yang bisa dilakukan, seperti mengonsumsi buah dan sayur.
"Niki dinten Kamis, nggih? (Ini hari Kamis ya?), niki wekdalipun (Kamis sebagai waktu) melestarikan kebudayaan Jawa dengan bahasa," tutur Yulianto Prabowo saat membuka Seminar.
Hari Kamis di lingkungan Dinskes Prov Jateng digunakam untuk melestarikam budaya dengan cara berbahasa Jawa.
Mengetahui pembukaan Kadinkes Jateng, para peserta seminar tertawa.
Terkait mengonsumsi sayur, meski tampak sederhana, masyarakat di Jawa Tengah berdasarkan data masih enggan mengonsumsi sayuran.
Selain itu juga harus diimbangi dengan aktivitas fisik yang konsisten.
Dalam Seminar yang digelar untuk memeringhati Hari Kesehatan Nasinal ke-54 tersebut menghadirkan 3 narasumber tamu ahli dengan total peserta sejumlah 250.
Ada perwakilan dari Dinkes Jateng, UPT Dinkes Jateng, OPD Dinkes Jateng, dan perwakilan dari Ormas.
Di akhir seminar, Yulianto Prabowo menjelaskan beberapa kesimpulan untuk meningkatkan layanan kesehatan supaya masyarakat sadar akan pola hidup sehat.
"Ada berbagai hal yang bisa diperbaiki mulai dari sistem pelayanan kesehatan, asuransi kesehatan, promosi kesehatan yang efektif, kekuatan kepedulian oleh tenaga medis, dan ilmu para tenaga medis," jelas Yulianto usai materi Seminar selesai.
Alumni kedokteran Universitas Gadjah Mada tersebut menjelaskan evaluasi oleh masing-masing UPT Kesehatan sangat diperlukan untuk menyadarman pola perilaku sehat dalam masyarakat.
"Merubah pola hidup seseorang itu tidak mudah, meski bisa, masyarakat harus benar-benar peduli dan niat untuk hidup sehat," tutup penjelasan dr. Yulianto Prabowo, M.Kes kepada Tribunjateng.com.
"Ini merupakan momentum yang baik bagi Dinkes Jateng untuk memperbaiki kualitas kesehatan di masyarakat melalui Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)," tutur Prof. Dr. Laksono Trisnantoro.
Sebagai narasumber Profesor Laksono mengungkapkan capaian-capaian di Jawa Tengah dan beberapa penyakit dalam data bisa dijadikan bahan evaluasi.
Adanya sinergitas semua unit kesehatan di Jawa Tengah, mulai dari puskesmas, rumah sakit, dan dinas-dinas Kesehatan menjadi kunci inti untuk melakukan peningkatan upaya kesehatan.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Jateng dr. Wahyu Setianingsih menjelaskan Seminar ini dilaksanakan untuk meningkatkan derajat kesehatan.
"Upaya pengendalian penyakit ini tentu dilakukan untuk pencapaian sasaran Progam Indonesia Sehat yaitu meningkatkan derajat kesehatan," jelas dr. Wahyu Setianingsih.
Indeks kesehatan tersebut bisa dilihat dari angka kematian bayi dan ibu, dan lainnya.
Dari sisi pelayanan kesehatan, narasumber ahli lulusan The John Hopkin University, Maryland, USA Prof. Dr. Hamam Hadi menjelaskan pola makan harus dijaga benar.
"Jangan sampai kelebihan gula dan garam," jelasnya.
"Lihat ini, strok di Indonesia di tahun 2015 menduduki peringkat pertama," jelasnya.
Selain Prof. Dr Hamam Hadi, narasumber yang menjelaskan terkait pelayanan medis yakni Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dr.dr Sutopo Patriajati.
"Kita juga harus mengevaluasi capaian Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), yakni partisipasi masyarakat dan produktivitasnya terhadap perilaku hidup sehat, tercapai atau tidak," jelasnya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/kadinkes-jateng-yulianto-prabowo.jpg)