Kinerja Reksadana Campuran Tahun Ini Diyakini Dapat Naik hingga 7%
Mengutip Infovesta Utama, sepanjang tahun lalu, kinerja rata-rata reksadana campuran minus 2,09 persen
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Kinerja reksadana campuran bakal mentereng sepanjang 2019 ini. Padahal tahun lalu, kinerja instrumen investasi itu terpuruk di tengah gejolak pasar saham dan obligasi domestik.
Mengutip Infovesta Utama, sepanjang tahun lalu, kinerja rata-rata reksadana campuran minus 2,09 persen, sebagaimana tergambar pada pergerakan Infovesta Balance Fund Index.
Direktur Utama Sucorinvest Asset Management, Jemmy Paul Wawointana mengatakan, penurunan kinerja reksadana campuran tahun lalu terjadi lantaran Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kerap terkoreksi.
"Ditambah lagi harga obligasi juga masuk tren penurunan di tengah kenaikan suku bunga acuan yang cukup agresif," katanya.
Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menambahkan, sebenarnya kinerja reksadana campuran sudah menunjukkan perbaikan di dua bulan terakhir.
Buktinya, menurut dia, kinerja rata-rata reksadana campuran secara bulanan selalu tercatat positif. Pada November, rata-rata return reksadana campuran sekitar 2,52 persen, sedangkan rata-rata return di Desember 1,17 persen.
Perbaikan kinerja itu didominasi aksi window dressing di pasar saham akhir tahun lalu, mengingat sebagian besar produk reksadana campuran yang beredar memiliki porsi efek berupa saham dalam jumlah besar.
Kinerja reksadana itu juga membaik akibat berkurangnya tekanan kenaikan suku bunga acuan. Dengan begitu, sebagian surat utang, terutama obligasi pemerintah, mulai mengalami kenaikan harga.
Apalagi, di periode yang sama, kurs rupiah juga stabil. Hal itupun ikut memberi sentimen positif ke pasar obligasi.
Katalis pemilu
Kinerja reksadana campuran masih berpotensi meningkat di 2019 ini. Analis meyakini, tahun ini banyak sentimen positif yang menopang pasar saham dan obligasi Indonesia. IHSG berpeluang bullish sepanjang tahun ini berkat katalis dari pemilu 2019.
Harga obligasi juga berpeluang naik, lantaran kenaikan suku bunga acuan tak lagi agresif. Bahkan, The Federal Reserves sudah mengonfirmasi bakal lebih berhati-hati dalam menjalankan kebijakan suku bunga acuan di tahun ini.
“Dengan sentimen-sentimen yang ada, kami percaya kinerja rata-rata reksadana campuran minimal bisa tumbuh di kisaran 6-7 persen di tahun ini,” ujar Wawan.
Managing Director, Head Sales & Marketing Henan Putihrai Asset Management, Markam Halim pun optimistis kinerja reksadana campuran akan cemerlang pada tahun ini.
Namun, menurut dia, adanya proyeksi perlambatan ekonomi global diprediksi dapat menghambat kinerja industri reksadana, mengingat hal itu bakal menekan kinerja emiten-emiten di sektor tertentu.
Dengan kondisi itu, Markam menilai, manajer investasi dituntut lebih cermat dalam mengelola portofolionya. “Kami coba manfaatkan lebih banyak saham sektor keuangan dan melakukan diversifikasi obligasi ke berbagai tenor,” ungkapnya.
Jemmy menyebut, Sucorinvest akan berusaha memaksimalkan saham-saham berkapitalisasi besar.
Hal itu diyakini dapat mendongkrak kinerja reksadana campuran yang dikelolanya.
Sebab, dia menambahkan, pertumbuhan IHSG diyakini akan lebih tinggi ketimbang indeks obligasi pada tahun ini.
“Saham-saham blue chip umumnya naik cukup pesat ketika indeks dalam tren bullish,” paparnya. (Kontan/Dimas Andi Shadewo)