Bahas Kepribadian Ambang, Dosen Unika Soegijapranata Ini Raih Gelar Doktor
Christine Wibhowo, Dosen Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata berhasil memperoleh gelar doktor di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta
Penulis: akbar hari mukti | Editor: Catur waskito Edy
SEMARANG, TRIBUNJATENG.COM - Christine Wibhowo, Dosen Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata berhasil memperoleh gelar doktor di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, 1 Maret 2019 lalu. Disertasinya mengenai kepribadian ambang dan gangguan kepribadian ambang, mengantarkannya mendapatkan gelar tersebut.
Kepada Tribun Jateng, Christine menjelaskan bila gangguan kepribadian ambang merupakan sebuah gangguan emosional yang menyebabkan ketidakstabilan emosi, serta mengakibatkan stress dan masalah lainnya.
Disertasi Christine berjudul 'Determinan Kepribadian Ambang', papar Christine, mengupas tuntas mengenai gangguan kepribadian ambang yang banyak dijumpai oleh perilaku masyarakat dewasa ini.
Kriteria itu antara lain mudah panik jika sendirian atau jomblo, serta sering putus-nyambung di suatu hubungan dengan orang lain.
"Ada tingkat bahaya yang sangat tinggi di mana banyak orang melakukan perilaku berisiko, hingga adanya percobaan bunuh diri," katanya, Kamis (7/3/2019).
Menurut ibu tiga anak ini, hasil penelitian tersebut memperkaya teori dalam bidang psikologi khususnya tentang faktor-faktor risiko kepribadian ambang.
Pengajar di Unika Soegijapranata sejak 1995 menuturkan, disertasinya membutuhkan waktu 1,5 tahun hingga selesai.
Adapun sampel penelitiannya adalah 210 orang Semarang yang telah berkeluarga. Sekaligus Christine ingin menjelaskan bila gangguan kepribadian ambang juga dapat menjangkiti mereka yang sudah berkeluarga.
Yang menarik dalam disertasinya, meskipun para responden memiliki gangguan kepribadian ambang, cara pencegahannya ada di tengah-tengah masyarakat. Yakni dengan cara memanfaatkan kearifan lokal.
Menurut lulusan S1 Unika Soegijapranata Fakultas Psikologi angkatan 1985, kearifan lokal yang ada di tengah-tengah masyarakat sangat membantu mencegah keinginan bunuh diri pada responden.
Ada sejumlah hal dari kearifan lokal yang menurutnya dapat mencegah seseorang mengalami gangguan kepribadian ambang. Seperti contohnya ‘nyunggi dhuwur mendhem jero’, budaya rewang atau gotong-royong, dan ‘ajining diri saka lathi’.
Nyunggi dhuwur mendhem jero bisa diartikan mencegah orang supaya tidak impulsif, atau berperilaku secara beresiko. Sementara budaya rewang artinya budaya gotong-royong bersama masyarakat sekitar.
“Misalnya depresi berkepanjangan, yang membuat orang tersebut ingin mengakhiri hidupnya dengan cara mengajaknya diskusi dan curhat,” urai Christine.
"Lalu mereka bisa diajak bergotong royong melakukan sesuatu. Sifatnya adalah mengajak mereka berinteraksi dengan orang banyak, bisa menghilangkan gangguan tersebut," tambah dia.
Sementara ‘ajining diri saka lathi’ memiliki arti mencegahnya melakukan tindakan yang membahayakan diri sendiri.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/christine-wibhowo.jpg)