Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

ASAL USUL

Asal Usul Nama Desa Kebocoran di Banyumas, Kisah Kamandaka dari Pajajaran dan Dewi Ciptarasa

Sebuah desa di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, bernama Kebocoran.

TRIBUN JATENG/PERMATA PUTRA SEJATI
Warga melintas di bawah Gapura Desa Kebocoran di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (28/6/2019). 

TRIBUNJATENG.COM, BANYUMAS - Sebuah desa di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, bernama Kebocoran.

Desa ini berada di arah barat laut Purwokerto, berjarak sekira 5,9 kilometer dari alun-alun Purwokerto.

Ada 1.500 kepala keluarga yang bermukim di sini.

Luas wilayahnya 162 hektare.

Adapun total luas pemukiman sekira 25 hektar, sisanya merupakan persawahan.

Mayoritas warganya bekerja sebagai petani,  pedagang, dan buruh.

Kok bisa desa ini dinamakan Kebocoran?

Apakah rumah warganya selalu mengalami kebocoran?

Abash Sebut Ada yang Bergerak di Perut Lucinta Luna, Dijawab: Darah Daging Kamu

Gisel Curhat ke Gading Marten Soal Tak Balas Komentar Hingga Disebut Terlalu Asyik dengan Wijin

Fairuz akan Laporkan Mantan Suami karena Sentilan Bau Ikan Asin, Begini Galih Ginanjar Menanggapi

Saat Suami Nia Ramadhani Umur 18 Tahun, Bisnis Keluarga Bakrie Pernah Bangkrut Besar

Setelah mengulik keterangan dari beberapa narasumber, siapa sangka asal-usul penamaan Desa Kebocoran itu menyimpan kisah berdarah.

Diketahui bahwa penamaan desa-desa di Kabupaten Banyumas tidak dapat dilepaskan dari cerita rakyat Babad Kamandaka.

Babad Kamandaka adalah kisah jaman kerajaan yang menceritakan perjuangan Raden Banyak Catra, diyakini sebagai putra Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran.

Sesepuh desa, Kasam (84), mengatakan, penamaan Kebocoran berkaitan pengembaraan Raden Banyak Catra di Pasir Luhur (sekarang Purwokerto Barat atau sekitar Karanglewas).

Dikisahkan Raden Banyak Catra kala itu dipersiapkan menggantikan kedudukan ayahnya, Prabu Siliwangi menjadi raja.

Sebagai syarat menjadi raja, Raden Banyak Catra harus menikah dan memiliki istri terlebih dahulu sebelum naik tahta.

"Konon Raden Banyak Catra itu hanya ingin menikah dengan syarat calon istrinya itu harus seperti ibunya yang cantik dan baik. Mendengar syarat yang diajukan anaknya tersebut, Prabu Siliwangi justru tersinggung dan mengusir Banyak Catra keluar kerajaan karena dianggap seperti akan menikahi ibunya," ujar Sanraji kepada Tribunjateng.com, Jumat (28/6/2019).

Akhirnya Raden Banyak Catra memilih mengembara mencari pendamping hidup.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved