Rawan Kebakaran, Joko Minta Masyarakat Tak Sembarangan Buang Puntung Rokok di Sekitar Hutan
Adm Perum Perhutani KPH Pekalongan Timur Joko Santoso mengatakan kebakaran hutan sebagian besar akibat faktor manusia.
Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: galih pujo asmoro
TRIBUNJATENG.COM, KAJEN - Selama musim kemarau, masyarakat diimbau tidak membuang puntung rokok di sekitar kawasan hutan.
Lantaran banyak kebakaran hutan disebabkan oleh puntung rokok yang dibuang sembarangan di sekitar hutan.
Adm Perum Perhutani KPH Pekalongan Timur Joko Santoso mengatakan kebakaran hutan sebagian besar akibat faktor manusia.
Di antaranya, pembukaan atau pembersihan lahan garapan dengan cara dibakar, peserta camping yang membuat api unggun tidak memastikannya benar-benar telah padam hingga puntung rokok.
"Yang sering di pinggir jalan itu puntung rokok."
"Hutan kita itu pinus, apinya akan lebih sulit dipadamkan karena ada minyaknya," kata Joko saat dihubungi Tribunjateng.com, Selasa, (6/8/2019).
Joko mengungkapkan, titik paling rawan kebakaran di KPH Pekalongan Timur ada di wilayah Kesesi, Paninggaran, dan Randudongkal.
"Luasan hutan di wilayahnya sekitar 52.700 hektare yang berada di Kabupaten Batang, Pekalongan dan Kabupaten Pemalang."
"Di Batang, seluas 12.700 hektare, di Kabupaten Pekalongan seluas 28.200 hektare, dan di Kabupaten Pemalang sekitar 11.500 hektare," ungkapnya.
Guna mengantisipasi kerawanan kebakaran hutan saat musim kemarau, pihaknya harus menggandeng masyarakat.
Oleh karena itu, berbagai langkah antisipatif untuk mencegah atau menekan kebakaran hutan telah dilakukan KPH Pekalongan Timur.
Di antaranya, membuat satgas damkar, apel kesiapan, dan imbauan seperti pemasangan poster di di titik-titik strategis di sekitar kawasan hutan.
"Selain sosialisasi kepada masyarakat, kami juga rutin melakukan patroli."
"Patroli ini sekaligus ngoyak-ngoyak sadapan dan memantau pesanggem (petani penggarap)," ujarnya.
Joko menambahkan, untuk penggarap yang rutin menggarap lahan Perhutani bisa dikendalikan.
Namun, untuk penggarap liar sulit dikendalikan.
"Yang sulit itu penggarap liar yang terkadang sulit ditemui orangnya, sehingga sulit dikendalikan," tambahnya. (Indra Dwi Purnomo)