Kisah Dusun yang Lenyap Akibat Letusan Kawah Sileri Dieng, Kini Jadi Lahan Pertanian Subur
Membincang Dieng selalu dibumbui cerita manis soal keindahan alamnya yang banyak menjelma menjadi objek pariwisata andalan.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: muh radlis
Erupsi telah meratakan pemukiman itu dengan timbunan materialnya.
Kiamat kecil telah mengakhiri riwayat dusun Jawera beserta penghuninya yang merana.
Setelah erupsi, luas Kawah Sileri berkembang.
Kini luas kawah itu sudah sekitar 1 hektar paska beberapa kali mengalami erupsi.
Usai memusnahkan dusun Jawera, kawah itu beberapa kali kembali menunjukkan keganasannya dengan erupsinya yang cukup besar.
• Emma Sebut Pasar Global Melihat Produk UMKM Pertama Kali dari Kemasan
• Ini Pekerjaan Rumah Pemkot Tegal Menurut Fraksi Pantura DPRD
Setelah tragedi tahun 1944, kawah itu tercatat kembali meletus pada tahun 1964, 1984, 2003, 2009, hingga terakhir Juli 2019 yang melukai sejumlah wisatawan.
Setengah abad lebih berlalu, jejak keberadaan dusun Jawera nyaris tak berbekas.
Pemukiman yang terkubur telah menjelma menjadi lahan pertanian yang subur.
Bekas pemukiman itu kini kembali diisi oleh manusia yang tiap hari sibuk mengolah lahan.
Para korban maupun saksi erupsi tahun 1944 sudah banyak yang meninggal atau rapuh termakan usia, tetapi kawah Sileri masih menunjukkan keaktifannya.
Di sekitarnya berkembang desa-desa yang kian padat penduduknya.
Lahan sekitar bibir kawah bahkan dimanfaatkan para petani untuk mengembangkan usaha pertaniannya.
Edi mengatakan, masyarakat sekitar tentu menyadari hidup di atas kawah aktif gunung api Dieng.
Mereka tahu ancaman bencana terus mengintai.
Karenanya, masyarakat lebih sadar untuk menjaga lingkungan sebagai upaya mengurangi risiko bencana.
Mereka mulai menggalakkan penanaman pohon yang mampu menyimpam air.
Dengan bantuan alat canggih dari PVMBG, masyarakat bisa lebih siap dalam mengantisipasi potensi bencana yang ada.
"Juga berharap agar senantiasa dilindungi oleh Allah,"katanya. (Aqy)