Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Demi Nasi Berkat, Wafi dan Hasan RelaTempuh Jarak 175 Kilometer ke Kudus

Dua remaja duduk bersila di halaman Masjid Menara Kudus, Selasa (10/9/2019). Di masing-masing tangannya telah memegang nasi yang terbungkus daun jati

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: muh radlis
TRIBUN JATENG/RIFQI GOZALI
Wafi dan Hasan menunjukkan nasi berkat 

Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus, Em Najdib Hassan berkata, ada sebanyak 24.900 bungkus nasi uyah asem yang dibagikan.

Selain itu ada berkat keranjang, yakni nasi dengan lauk uyah asem dibungkus dan jati, kemudian dikemas ke dalam keranjang bambu.

“Adapun rincian berkat yang dibagikan kali ini terdiri dari 2.396 berkat keranjang, dan 33.662 brekat bungkusan,” kata Nadjib.

Untuk menyiapkan nasi sebanyak itu bukan hal yang mudah.

Sehari sebelumnya telah dimasak secara kolosal.

mereka, juru masaknya pun sebagian besar kaum Adam.

Bahan-bahan yang terkumpul, semuanya merupakan hasil sedekah dari warga dan sejumlah tokoh yang ada di Kudus.

Hasil sedekah yang terkumpul yakni berupa 14 ekor kerbau, 84 ekor kambing, 7 ekor ayam, 15.270 kilogram beras.

“Selain itu 482 kilogram gula, 12 botol kecap, 51,5 kilogram bawang merah, 9,5 kilogram bawang putih, garam 56,5 kilogram, 18 tandan pisang, dan 283 butir kelapa,” ujar Nadjib.

Mitos Sandang Mahal

Dalam tradisi Buka Luwur tahun ini, sebanyak puluhan ribu paket nasi dibungkus menggunakan daun jati.

Kata Nadjib, ada sebanyak 78.500 lembar daun jati yang dibutuhkan untuk membungkus 33 ribu paket nasi brekat uyah asem.

“Daun jatinya sampai habis.

Terpaksa harus dibungkus dengan plastik,” katanya.

Di balik kurangnya daun jati untuk membungkus nasi berkat, kata Nadjib, ada mitos yang berkembang.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved