3 Guru Besar Baru di Undip Semua Wanita, Profesor Delianis Terisak Sebut Ibunda
Tiga guru besar Universitas Diponegoro yang dikukuhkan di Gedung Prof Soedarto, Tembalang, Semarang, Sabtu (2/11), semuanya adalah wanita.
Penulis: akbar hari mukti | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Tiga guru besar Universitas Diponegoro yang dikukuhkan di Gedung Prof Soedarto, Tembalang, Semarang, Sabtu (2/11), semuanya adalah wanita.
Tribun berkesempatan berbincang dengan salah satunya, yakni Profesor Dr Ir Delianis Pringgenies Msc.
Prof Delianis terisak saat menyebut nama ibunya di akhir pembacaan orasi ilmiahnya.
Delianis yang sebelumnya lancar berbicara soal karya ilmiahnya, mendadak suaranya terbata-bata.
Ribuan orang yang hadir di Gedung Prof Soedarto, Tembalang, hening.
Delianis sempat memohon maaf karena suaranya yang kurang lancar.
• Wali Kota Hendi Targetkan Kantor DKK yang Baru Selesai Akhir November 2019
• Banyumas Daerah Penyandang Thalasemia Tertinggi di Jawa Tengah
• MotoGP 2019 : Ada Pencuri di Sirkuit Sepang Malaysia, 6 Tim Balap Kehilangan Laptop hingga Sparepart
• Udin Mengaku Beli Kampak Rp 100 Ribu untuk Bunuh Ayahnya Sendiri
“Mohon maaf.
Saya hari ini merasa bahagia sekali, karena ayah saya yang kini berusia 97 tahun bisa hadir di sini,” ucapnya.
Delianis juga mengucapkan terima kasih kepada ibundanya Hj Zainab Zainal yang telah tiada.
Selain ayahnya H. Zainal Abidin Sianing dan keluarga besarnya, Delianis didampingi oleh suaminya yang juga seorang profesor dari Undip, Profesor Dr Ir Agus Hartoko MSc.
Ditemui usai pengukuhan, Delianis mengungkapkan rasa syukurnya hingga berhasil meraih gelar profesor dan menjadi guru besar di Undip.
Menurut Delianis, kunci keberhasilan dari pencapaiannya adalah disiplin.
“Tidak ada orang sukses tanpa disiplin,” tegasnya.
Delianis menjadi guru besar di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Undip.
Pada pengukuhannya sebagai guru besar, Delianis menyampaikan pidato berjudul 'Bioprospeksi Bahan Hayati Laut Untuk Pengembangan Industri Farmasi di Indonesia'.
Menurut Delianis, eksplorasi bahan hayati laut untuk farmasi di Indonesia belum maksimal penerapannya.
"Padahal keanekaragaman hayati khususnya di laut sangat besar.
Dan potensinya sangat bagus untuk dijadikan obat-obatan," jelasnya.
Delianis menjelaskan dari hasil penelitiannya, terdapat beragam bahan hayati laut yang bisa digunakan untuk pengembangan industri farmasi.
Dan yang lebih menarik, jelasnya, bahan-bahan hayati itu dapat ditemukan di perairan Indonesia.
Delianis pun mengelompokkan biota laut yang telah ditelusuri potensinya untuk farmasi kesehatan menjadi beberapa filum.
Di antaranya filum Echinodermata serta filum Moluska.
"Yang termasuk filum Echinodermata di antaranya landak laut, serta teripang.
Sementara yang termasuk filum Moluska di antaranya cumi-cumi," urai dia.
Ia menuturkan dari penelitian ekstrak berbagai spesies teripang, diketahui bahwa teripang memiliki potensi antimikroba, anti jamur, anti tumor, antioksidan, antiproliferasi, hingga mempercepat penyembuhan luka luar.
"Bagi orang-orang yang berumur, ia punya potensi menurunkan kadar kolesterol, lemak darah, juga anti rematik," papar dia.
Hal itu, menurutnya, terjadi karena teripang mengandung asam amino serta kandungan kolagen yang tinggi.
"Hal tersebut membuat teripang berpotensi anti kanker," paparnya.
Sementara landak laut, ujarnya, berpotensi untuk meningkatkan stamina dan vitalitas pria, serta menghangatkan tubuh.
Hal itu terjadi karena landak laut mengandung zat besi, seng dan selenium.
"Bahkan berpotensi juga membantu kesuburan pria," paparnya.
Bagi anak-anak, menurutnya landak laut juga punya potensi menambah berat badan, volume otak dan jumlah neuron.
"Di landak laut juga ada asam amino dan DHA setara susu," ujar dia.
Sedangkan di dalam cumi-cumi, paparnya, terdapat bakteri simbion yang berpotensi untuk menghambat pertumbuhan bakteri E Coli.
Prof Delianis berharap penelitiannya tersebut bisa secara masif digunakan sebagai rujukan industri farmasi Indonesia.
Dan pada akhirnya industri farmasi menggunakan bahan-bahan hayati yang ada di laut untuk membuat obat-obatan yang bisa menyembuhkan berbagai jenis penyakit.
"Saya meyakini bahwa Indonesia sangat kaya biota lautnya, dan dari kekayaan tersebut dapat diolah dengan cara yang benar untuk kemajuan industri farmasi," papar dia.
Rektor Undip Prof Yos Johan Utama mengaku bangga dengan ketiga guru besar yang dikukuhkan, termasuk Prof Delianis.
Selain Prof Delianis, dua orang yang dikukuhkan di antaranya Profesor Aries Susanty dari Fakultas Teknik Undip, juga Profesor Kholis Roisah dari Fakultas Hukum Undip.
"Tiga srikandi Undip ini menjadi guru besar ke 14, 15 dan 16 yang dikukuhkan tahun ini," paparnya.
Prof Yos menjabarkan hingga saat ini guru besar aktif di Undip berjumlah 125 orang.
Namun penambahan menurutnya terus akan dilakukan, mengingat hingga 2024 nanti akan ada 38 guru besar Undip yang pensiun.
"Tujuannya ialah meningkatkan kualitas pembelajaran di Undip.
Target kami hingga akhir tahun ada 25 guru besar baru di Undip," paparnya. (Akbar hari mukti/erwin ardian)