KISAH INSPIRATIF : Perjalanan Soto Pak Wito Sempat Tutup Kini Punya 45 Karyawan
Mempertahankan cita rasa khas kuliner puluhan tahun butuh penanganan khusus. Setyo Budi membuktikan hal itu.
Penulis: rival al manaf | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM -- Mempertahankan cita rasa khas kuliner puluhan tahun butuh penanganan khusus. Setyo Budi membuktikan hal itu.
Warung sotonya yang dulu sempat tutup karena krisis ekonomi, kini bangkit dan punya tujuh cabang.
Tangan Setyo Budi Rahayu (50) tampak masih lincah meracik ratusan mangkok soto.
Sudah 30 tahun ia menggeluti usaha kuliner itu, tak sedikit pun resepnya berubah.
Yang berubah adalah nasibnya kini jauh lebih baik dibanding dulu.
Pemilik merek Soto Pak Wito itu kini sudah bukan lagi seorang pedagang kaki lima.
Dia sudah memiliki tujuh cabang warung soto yang letaknya di ruko-ruko strategis.
Yang paling terbaru, ada di ruko Semarang Biz Park, Jalan Madukoro Raya arah ke Bandara Ahmad Yani Semarang.
Menilik 30 tahun ke belakang, Setyo saat itu mulai merintis bisnis makanan yang juga disebut sup ayam oriental itu.
Kala itu ia hanya membuka lapak di bangunan semi permanen dengan luas kira-kira empat kali lima meter.
"Ya itu di Jalan Senjoyo Kelurahan Bugangan, langsung pakai nama Pak Wito, dia bapak saya yang mewariskan resep soto," terang Setyo saat ditemui di ruko barunya, Sabtu (16/11/2019).
Perjalanan bisnisnya memang tidak serta merta jadi sukses.
Tahun 1998 ia sempat menutup warungnya. Krisis moneter membuatnya tidak sanggup lagi untuk membeli ayam.
"Saat itu daging ayam naik tiga kali lipat, sementara orang yang beli sedikit, rugi lalu sempat tutup," bebernya.
Meski demikian di awal tahun 2000an ia kembali merintis usahanya.