Tambah Lagi 1 Desa Wisata di Pati, Ada Hamparan Pantai dan Bakau hingga Edukasi Tambak
Bupati Pati Haryanto menetapkan Desa Tunggulsari, Kecamatan Tayu, sebagai Desa Wisata Kabupaten Pati, Sabtu (23/11/2019).
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, PATI - Bupati Pati Haryanto menetapkan Desa Tunggulsari, Kecamatan Tayu, sebagai Desa Wisata Kabupaten Pati, Sabtu (23/11/2019).
Desa Wisata Tunggulsari, sebagaimana disampaikan Kepala Desa Jarot Supriyanto, mengusung konsep wisata Mina Mangrove.
"Sebagaimana namanya, ada dua kelompok besar dalam desa wisata ini, yakni kelompok Mina dan kelompok Mangrove," urai Jarot.
Kelompok Mangrove menawarkan wisata pantai dan area konservasi bakau.
Terdapat hamparan tanaman bakau hijau-rimbun seluas 30 hektar.
Pada setengah hektar di antaranya, telah dibangun trek-trek kayu dan gardu pandang yang dapat menjadi lokasi berfoto ria.
• Menristek Atur Calon Advokad Harus Kuliah Lagi 2 Tahun, Luhut : Kami Tidak Tunduk dengan Dikti
• Perbaikan Jalan di Kecamatan Bumijawa Tegal Rampung, Bupati Soroti Rekanan Proyek
• Asik, Ada Destinasi Wisata Baru di Karanganyar, Namanya Passibo. Kulinernya Semua Olahan Singkong
• Cerita Keluarga Korban Meninggal Disengat Tawon : Ibu Saya Merintih dan Wajahnya Bengkak
Adapun kelompok Mina (perairan tambak) menawarkan wisata edukasi pertambakan.
Desa Tunggulsari memang memiliki area pertambakan cukup luas, tepatnya 146 hektar.
Terdiri atas 50 hektar tambak nila salin, 60 hektar tambak bandeng semiintensif, dan sisanya adalah tambak bandeng tradisional.
"Selain wisata edukasi, dari kelompok Mina, Desa Wisata Tunggulsari juga memiliki pemancingan, restoran apung, kolam renang, dan toko oleh-oleh olahan hasil tambak dengan branding Rakarori," katanya.
Penamaan Rakarori diambil dari kalimat dalam bahasa Jawa, "Ora karo ri" yang berarti "tanpa duri".
Nama ini menggambarkan olahan ikan di toko Rakarori yang tidak mengandung duri.
Dalam kata sambutannya pada seremoni peresmian di lapangan desa setempat, Bupati Pati Haryanto menyebut, Desa Tunggulsari adalah desa wisata kedua yang ia tetapkan setelah Desa Talun Kecamatan Kayen.
Haryanto mengatakan, jauh sebelum ditetapkan sebagai desa wisata, Desa Tunggulsari telah dikenal sebagai rujukan studi banding di bidang pertambakan.
"Sejak dulu para petani dari luar daerah sering berkunjung ke sini.
Karena petani tambak di sini berhasil membudidayakan bandeng semiintensif.
Kemudian sekarang juga mengembangkan budi daya nila salin," ungkap Haryanto.
Area konservasi bakau yang luas, menurut Haryanto, juga merupakan daya tarik wisata yang unggul.
Haryanto berharap, dengan segala keunggulan yang dimilikinya, Desa Wisata Tunggulsari bisa terus berkembang.
Penetapan hari ini, harapnya, tidak sebatas seremoni tanpa ada action ke depan.
"Harus ditunjang sarana dan prasarana yang memadai.
Terutama terkait kebersihan.
Makanya hari ini kami serahkan gerobak sampah dan tempat sampah.
Jangan sampai orang ke sini terganggu karena tempatnya kurang bersih," ujarnya.
Ia juga mendorong pemerintah desa untuk memanfaatkan dana desa bagi pengembangan pariwisata Desa Tunggulsari.
"Kalau bisa dikelola dengan baik, nanti akhirnya bisa menambah pengunjung.
Bisa menambah pendapatan desa.
Selain itu juga membangkitkan ekonomi masyarakat," ujarnya.
Haryanto juga mendorong masyarakat setempat untuk menghasilkan karya berupa kerajinan yang bernilai ekonomis.
Ini nantinya bisa dimanfaatkan sebagai cendera mata.
Terkait Hal ini, ia mengatakan, Balai Latihan Kerja (BLK) bisa memfasilitasi pelatihannya.
"Kemudian, yang tak kalah penting, manfaatkan media sosial untuk promosi.
Buat konten kreatif yang sekiranya bisa menarik pengunjung.
Lalu, biro perjalanan wisata juga saya harap bisa mendukung," ujarnya.
Usai seremoni penetapan desa wisata, Haryanto beserta jajaran Forkopimda dan anggota Komisi D DPRD Kabupaten Pati yang hadir menuju lokasi Pantai Mina Mangrove dengan menumpang kereta wisata. (Mazka Hauzan Naufal)