Slamet Bisa Kantongi Rp 600 Ribu per Hari dari Oplos Gas Elpiji
Satuan Reserse Kriminal (Sat Reksrim) Polresta Solo membongkar praktik pengoplosan gas epliji bersubsidi.
Penulis: yayan isro roziki | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Satuan Reserse Kriminal (Sat Reksrim) Polresta Solo membongkar praktik pengoplosan gas epliji bersubsidi.
Dalam perkara ini, petugas berhasil meringkus satu orang tersangka.
Ia adalah Sukidi alias Slamet (42), warga Kampung Sabrang Lor, Kelurahan/Kecamatan Jebres, Kota Solo.
Modus yang digunakan adalah 'mengoplos' gas elpiji bersubsidi kemasan tiga kilogram (Kg), menjadi kemasan non-subsidi tabung 12 Kg.
Isi gas dalam empat tabung epliji bersubsidi kemasan tiga Kg 'disuntikkan' ke dalam satu tabung kemasan 12 Kg.
"Keuntungan saya minimal Rp 450.000/hari, kadang bisa sampai maksimal, Rp 600.00/hari," kata Slamet, dalam gelar perkara di Mapolres Solo, Selasa (10/12).
• Dosen IAIN Salatiga Raih Anugerah Riset Terbaik Tingkat Nasional di Ajang BCRR 2019
• Viral Siswi di Demak Pesta Miras, Ketua DPRD : Kita Memaklumi Tapi Tidak Bisa Mentolerir
• BREAKING NEWS : Pohon Tumbang di Mangunsari, Jalur Ungaran-Gunungpati Macet
• Kenapa Korban Tersengat Tawon Vespa Bisa Meninggal? Ini Alasannya
Elpiji kemasan 12 Kg itu dijual Slamet Rp 110.000/tabung.
Sementara, rata-rata harga elpiji 12 Kg di pasaran adalah Rp 140.000 - Rp145.000.
"Saya bisa menjual rata-rata 15 tabung 12 Kg hasil opolosan per harinya," ujar dia.
Ia menjual elpiji tabung non-subsidi12 Kg itu ke warung-warung penjaja kuliner dan juga warga di sekitar masyarakat Kampung Sekip, Kelurahan Joglo, Kecamatan Banjarsari.
"Saya jual-jual ke warung dan warga.
Karena di bawah harga pasar, banyak yang minat.
Apalagi saya antarkan langsung ke lokasi," ujarnya.
Dari mana mendapat stock elpiji bersubsidi kemasan tiga Kg?
Slamet mengaku membeli dari para pengecer maupun pangkalan di sekitar rumahnya.