Petinju yang Tiap Hari Jualan Es Ini Ikuti Jejak Chris John, Pelatih Sebut Mirip Manny Pacquiao
Di tengah pemukiman yang sepi, Kelurahan Kalibenda, Sigaluh Banjarnegara, ada kegaduhan di sebuah bangunan kecil yang nyaris tak berdinding.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Di tengah pemukiman yang sepi, Kelurahan Kalibenda, Sigaluh Banjarnegara, ada kegaduhan di sebuah bangunan kecil yang nyaris tak berdinding.
Sejumlah pemuda tengah berlatih tinju dengan sarana olahraga yang terbatas.
Mereka bahkan harus bergantian menggunakan samsak sebagai alat bantu latihan.
Saat itu, Praditya Yulianto (21), pemuda berotot asal Kelurahan Argasoka Banjarnegara mendapat porsi lebih untuk latihan.
Ia terus melancarkan pukulan kerasnya ke samsak hingga benda itu tak henti mengayun.
Praditya seperti tak kenal lelah meski keringat terus mengalir deras di kulit legamnya.
• APBD 2020 Alami Devisit, Pemkab Tegal Justru Capai Silpa Hingga Rp 50 Miliar
• Joko Minta Masyarakat Hindari Pohon Dekat Jaringan Listrik saat Musim Hujan
• Hujan Deras dan Angin Puting di Pagerbarang Tegal, Perpustakaan Sekolah Tertimpa 3 Pohon Sekaligus
• Promo Christmas and New Year Sale di Robinson Mal Ciputra Semarang, Tawarkan Diskon Hingga 75 Persen
Praditya akhir-akhir ini dipaksa berlatih lebih keras dari biasanya.
Maklum, beberapa hari lagi, tanggal 15 Desember 2019, kekuatannya akan diuji di atas ring dalam Boxing Championship yang disiarkan langsung Metro TV.
Pertandingan itu dipromotori oleh legenda tinju nasional yang juga mantan juara tinju dunia asal Banjarnegara, Christian John (Chris John).
Pada pertandingan kelas Bantam 52,2 kg itu, ia akan melawan petinju Dedi Saputra.
Praditya tidak akan menyiakan kesempatan langka itu.
Banyak orang menaruh harapan padanya agar bisa memenangi pertandingan.
Tak terkecuali mantan juara dunia Chris John yang menjadi promotor even itu.
Praditya memang pantas mendapat perhatian dari sang idola.
Chris John tengah mencari bibit-bibit baru petinju nasional untuk dikembangkan.
Ia tentu akan mengapresiasi petinju yang berasal dari kota kelahirannya, Banjarnegara.
Terlebih, Praditya punya gaya yang khas dalam bertarung sehingga pantas diharapkan menang.
"Anak ini punya talenta luar biasa.
Gayanya agak mirip Manny Pacquiao," kata pelatih Praditya, Budi Wizon
Menurut sang pelatih, Praditya punya bakat alam yang belum tentu dimiliki setiap pemain.
Kekuatan utama pukulan petinju itu bukan hanya bertumpu pada tangan kanan (ortodoks), namun juga tangan kiri (kidal).
Petinju itu juga punya kecepatan pukulan yang bisa diandalkan.
Sejumlah prestasi pun telah diraih Praditya, antara lain Juara Amatir Kejurprov Jateng tahun 2015.
Praditya terus berusaha meningkatkan performanya agar bisa menaikkan level.
Di luar capaian yang ia raih saat ini, Praditya mungkin tak pernah menyangka bakal menjadi petinju yang diperhitungkan.
Sebelum mengenal sang pelatih, Budi Wizon, Praditya hanyalah seorang kuli bangunan.
Setamat SLTA, umumnya pemuda desa, Praditya memutuskan merantau ke Jakarta.
Sejumlah pekerjaan kasar pernah ia rasakan.
Terakhir, Praditya menekuni pekerjaan sebagai buruh bangunan.
Pekerjaan keras itu cukup menempa kekuatan fisiknya.
Bagaimana tidak, ia saban hari harus bekerja mengangkat beban material yang membuat ototnya keras.
Nasibnya mulai berubah ketika bertemu dengan Budi Wizon, petinju peringkat 1 Asia Pasifik asal Banjarnegara.
Di tangan sang pelatih, melalui Wizon Academy Banjarnegara, Praditya mampu mengoptimalkan bakatnya.
Teknik dan kemampuannya dalam bertinju semakin terasah.
Sejak serius menekuni tinju, Praditya memutuskan pensiun sebagai kuli bangunan.
Keputusannya tak salah.
Berkat latihan kerasnya selama ini, Praditya berhasil memenangi sejumlah kejuaraan.
Ia menabung sedikit demi sedikit uang hasil kemenangannya untuk membangun usaha.
Bagi petinju yang jam terbangnya masih sedikit sepertinya, Praditya memang perlu memikirkan usaha untuk meningkatkan pundi ekonominya.
Pensiun dari buruh bangunan, Praditya kini banting setir menjadi wirausaha dengan berjualan es dan jamu tradisional.
Ia menyewa sebuah kios di Wanadadi Banjarnegara untuk membuka usaha.
Usaha ini lebih baik bagi Praditya.
Minimal, ia tidak perlu merantau ke kota besar lagi untuk mencari sesuap nasi.
Dengan demikian, di sela aktivitasnya di warung, Praditya bisa fokus berlatih untuk pengembangan karir tinjunya.
Pada pertandingan yang akan dia ikuti, 15 Desember 2019 nanti, Praditya berjanjin akan bermain bringas untuk memenangkan pertandingan.
Bagi dia, setiap petinju pasti mengharapkan kemenangan.
Tetapi siapa yang bringas lah yang pantas memenangkan pertarungan.
"Saya dagang es untuk tambahan sehari-hari," katanya. (aqy)