Tangkal Intoleransi, Wahid Foundation Ajak Pelajar Wisata Lintas Agama di Semarang
Wahid Foundation (sebelumnya Wahid Institute) mengajak puluhan siswa untuk mengunjungi empat tempat ibadah lintas agama yang ada di Kota Semarang, Kam
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Wahid Foundation (sebelumnya Wahid Institute) mengajak puluhan siswa untuk mengunjungi empat tempat ibadah lintas agama yang ada di Kota Semarang, Kamis (19/12/2019).
Pelajar yang berasal dari lintas agama itu mengunjungi Gereja Katedral Tugumuda Semarang, Pura Agung Giri Natha, Sanggar Sapta Darma dan Vihara Buddhagaya Watugong.
Pendamping Sekolah Damai Wahid Foundation, Mauliya Risalaturrohmah, menyebut anak-anak yang duduk di bangku SMA sangat penting untuk diberikan edukasi atau pemahaman terkait tolernsi dan keberagaman.
"Kami pernah melakukan tes, dan hasilnya ada anak yang cukup ekstrem dalam pemikiran, terutama soal keberagaman dan kehidupan antarumat beragama.
Itu (pemikiran) bisa saja didapat dari guru dalam atau pun luar sekolah," katanya.
Karena itu, wisata lintas agama perlu diadakan sebagai wadah atau ajang anak milenial tersebut untuk berdialog dengan tokoh agama dari berbagai pemeluk agama lain.
• 32 ribu Anggota Polri dan TNI Amankan 2.800 Gereja di Jateng, 138 di Antaranya Prioritas
• November hingga Desember 2019 Polres Pekalongan Sita 1.184 Botol Miras, Dimusnahkan Jelang Nataru
• 255 Anggota Polres Batang Disiapkan Amankan Perayaan Natal dan Tahun Baru
• Viral Video Pemuda Mandi sambil Naik Motor di Kebumen, Ini Tanggapan Polisi
Mereka bisa mengangkat isu soal intoleransi dan radikalisme yang kerap terjadi.
"Toleransi yang ingin kami tunjukan yakni sampai pada level berkunjung, berdialog, dan bahkan bersaudara dengan warga dari lintas agama lain.
Harapannya setelah ini, mereka tidak canggung untuk berteman, bersahabat, dengan yang berbeda agama.
Tentu, tanpa mengurangi esensi ibadah agama yang kita peluk," terangnya.
Para pelajar itu juga diwajibkan membuat video singkat dan naskah atau narasi yang di-posting di media sosial dengan keterangan (caption) berani damai.
"Anak-anak milenial yang sifatnya aktif di media sosial bisa berani menyuarakan itu dengan pengalaman pribadi selama kunjungan wisata lintas agama ini," imbuhnya.
Pastur Paroki Gereja Katedral, Romo Yoseph Herman Singgih Sutoro, menuturkan wisata lintas agama merupakan kegiatan positif untuk membangun persaudaraan di antara pemeluk umat beragama.
Menurutnya, tuhan menciptakan manusia dengan penuh keanekaragaman, dan memiliki keunikan sendiri serta kepribadian bermacam-macam.
"Selama ini, persaudaraan sudah terjalin baik, tapi karena suatu hal, jadi terkoyak dan terganggu," ucapnya.