Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kisah Pengembangan Desa Wisata Karangsalam Baturraden hingga Masuk 10 Besar Desa Wisata Nusantara

Sebelum 2010 tidak banyak wisatawan yang mengenal Desa Karangsalam, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas.

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muh radlis
IST
Wisatawan yang sedang belajar bercocok tanam, menanam padi di sawah di Desa Wisata Karangsalam, Baturraden, Banyumas. 

TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Sebelum 2010 tidak banyak wisatawan yang mengenal Desa Karangsalam, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas.

Ketika tumbuh kesadaran akan potensi alam desanya, sebagian warga mempunyai angan-angan dan cita-cita, menjadikan Desa Karangsalam sebagai destinasi desa wisata di Banyumas.

Desa Karangsalam memiliki potensi wisata yang banyak, terutama adalah wisata alamnya.

Hingga akhir 2015, warga bersepakat mulai membuka akses potensi wisata alam, yaitu Curug Telu.

"Pertama yang di buka adalah Curug Telu, karena yang paling dekat dengan akses jalannya," ujar Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Karangsalam, Sisworo.

Pastikan Stok BBM di Pekalongan Aman saat Nataru, Polisi Cek SPBU

Mirna Fokus Pembangunan Infrastruktur di Tahun 2020, Target Tak Ada Lagi Jalan Rusak

Didim Klaim Paving Blok dari Sampah Plastik Lebih Kuat Tahan Beban 20 Ton

Haru, Begini Respon Kapolres Kebumen saat Tahu Anak Buahnya Tak Lagi Bisa Melihat Wajahnya

Untuk memaksimalkan terbentuknya desa wisata, warga kemudian membentuk sebuah organisasi kelompok sadar wisata (Pokdarwis).

Ada 38 orang anggota Pokdarwis yang turut membuka akses mulai dari membuat jembatan, jalan, rute wisatawan, papan petunjuk dan lain sebagainya.

Hingga pada 2015 masyarakat Desa Karangsalam belum mendapatkan biaya bantuan dari pihak manapun.

Mereka masih mengandalkan swadaya dari masyarakat demi memajukan desa mereka sendiri.

Barulah pada 2016 saat mendapat anggaran  dana desa, Desa Karangsalam kembali berbenah.

Saat akses wisata sudah terbuka dan dipermudah, muncul pemikiran bagaimana keterlibatan masyarakat dalam membangun desa wisata tersebut.

"Waktu itu masyarakat desa secara umum belum terlibat.

Kita akhirnya membuat paket-paket wisata seperti outbond, dan muncul warung-warung makan.

Contohnya adalah mengkoordinir ibu-ibu ikut dalam pengelolaan wisata ini seperti menjadikan rumahnya menjadi home stay," ujar Sisworo kepada Tribunjateng.com, Selasa (24/12/2019).

Karena konsepnya Desa Wisata maka seluruh elemen yang ada di desa harus bisa ikut berkontribusi.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved