Musim Penghujan, Harga Cabai di Pasar Blauran I Salatiga Naik Rp 20 Ribu per Kilogram
Musim penghujan harga cabai dan sejumlah sayuran serta bumbu dapur di Pasar Blauran I Salatiga mengalami kenaikan.
Penulis: M Nafiul Haris | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Musim penghujan harga cabai dan sejumlah sayuran serta bumbu dapur di Pasar Blauran I Salatiga mengalami kenaikan.
Satu diantaranya ialah cabai, buncis, tomat, bawang putih, dan ikan asin.
Seorang pedagang di Pasar Blauran I Salatiga Sadimin (51) mengatakan kenaikan harga sayuran dan bumbu dapur terutama cabai telah berlangsung selama sebulan terakhir.
• Diperiksa Selama 5 Jam: Inilah Jawaban Putri Sule dan Keterangan Polisi
• Gerhana Bulan 2020 Besok Sabtu 11 Januari 2020, Umat Muslim Dianjurkan Salat Gerhana
• Video Banjir Bandang di Talangsari Semarang
• Warga Kedungmundu Semarang Ini Cuma Butuh 30 Menit Bobol Mesin ATM dan Larikan Uang Rp 707 Juta
"Kenaikan harga baik cabai merah, hijau, teropong dan kriting diangka Rp 45 ribu per kilogram.
Sebelumnya masing-masing jenis cabai itu maksimal saya jual Rp 25 ribu," terangnya kepada Tribunjateng.com, di Pasar Blauran I Kota Salatiga, Jumat (10/1/2020)
Menurut Sadiman, kenaikan juga terjadi pada beberapa jenis sayuran seperti tomat, kubis, selobor, dan buncis berkisar Rp 1-3 ribu sejak tiga hari terakhir.
Sedangkan jenis sayuran lain yang ada di pasaran cenderung menurun seiring musim penghujan.
Ia menambahkan, tertinggi kenaikan harga sementara masih pada segala macam jenis cabai.
Kemudian disusul ikan asin teri dari Rp 55 ribu menjadi Rp 60 ribu per kilogram, selanjutnya bawang putih naik seribu rupiah.
"Faktor cuaca yang jelas menjadi penyebab.
Cabai misalnya dari proses memetik pekerja kehujanan lalu cabai yang terkena hujan juga kondisinya sampai di pasaran kurang bagus dan lebih cepat membusuk," katanya
Dikatakannya, dampak adanya kenaikan harga sejumlah sayuran dan bumbu dapur itu mengakibatkan pedagang merugi.
Sehingga, terpaksa mengurangi jumlah pasokan harian barang untuk dijual dipasaran lantaran konsumen juga berkurang.
Pedagang lain Sulastri (45) yang sudah berjualan di Pasar Blauran I Kota Salatiga sejak tahun 1991 tersebut mengaku untuk meminimalisir kerugian selain mengurangi pasokan dari petani aneka macam sayuran terpaksa dijual dengan harga semurah mungkin.
"Sekarang mau tidak mau agar tidak merugi stok baik sayuran atau cabai saya jual asal-asalan ketika sudah banyak yang mulai busuk.