Liputan Khusus
Berita Jateng: Harga Bawang Putih di Jateng Meroket Kenapa, Ternyata Ini Penyebabnya
Akhir-akhir ini harga bawang putih di pasaran terus meroket. Banyak yang berasumsi kenaikan harga bawang dikarenakan virus corona
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Akhir-akhir ini harga bawang putih di pasaran terus meroket. Banyak yang berasumsi kenaikan harga bawang dikarenakan virus corona yang sedang mewabah di negeri Tirai Bambu.
Namun hal itu dibantah oleh Kementerian Pertanian, yang menyatakan bahwa kenaikan harga bawang putih karena faktor cuaca.
Selain itu ada pemasalahan distribusi yang terjadi di China. Dan yang jelas, libur Tahun Baru Imlek di China berlangsung selama sebulan.
Herdi seorang pengusaha ekspor impor mengatakan, memang belum begitu terasa dampak virus Corona untuk aktivitas perdagangan.
"Kalau barang yang sudah sampai atau terkirim tak ada masalah. Kecuali barang yang baru order memang China sedang nggak bisa mengirim karena di sana nggak ada kerja," kata Herdi beberapa hari lalu.
Diperkirakan tanggal 10 Februari (hari ini) pengusaha di China baru mulai bekerja lagi setelah libur panjang Imlek. Itu pun jika penanganan wabah virus corona berhasil dengan baik.
Diterangkannya, barang impor dari China masuk lewat pelabuhan Tanjung Emas antara lain tas, sepatu, perabot rumah tangga dan lain-lain.
Dan tentu saja termasuk bawang putih yang memang mayoritas kebutuhan di Indonesia didatangkan dari China. Sedangkan ekspor ke China sudah lama berkurang sejak furniture melemah.
Berdasar data dari United Nation Comtrade, impor bawang putih sebesar 580,85 ribu ton (2018). Angka itu setara dengan 99,63% terhadap total volume impor bawang putih RI. Meningkat 4,16% dari tahun sebelumnya.
Saat ini diperkirakan stok bawang putih berkisar antara 55-56 ribu ton yang cukup hingga akhir Februari.
Sedangkan konsumsi bawang putih rata-rata nasional berkisar antara 45 ribu-47 ribu ton per bulan.
Sementara itu menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah, Muhammad Arif Sambodo, naiknya harga bawang putih dikarenakan terganggunya distribusi bawang putih ke Indonesia.
"Kita tahu Tiongkok baru saja merayakan Tahun Baru Imlek. Kemudian setelah itu dihajar dengan wabah virus corona. Otomatis kondisi perdagangan di sana masih belum stabil. Maka berdampak terhadap impor ke Indonesia," bebernya.
Selain itu, stigma masyarakat terkait statement pemberitaan juga bisa membuat naiknya harga bawang putih. Sebab, para distributor akan mengambil kesempatan turut serta menaikkan harga.
"Jadi naiknya harga kebutuhan pokok dikarenakan dua hal. Bisa karena memang stok menipis harga melangit, atau karena stigma masyarakat terhadap pemberitaan. Kenaikan psikologis," tambah Arif.
Pihaknya meminta pemerintah pusat segera mengambil langkah cepat, demi menjaga kestabilan harga bawang putih di Indonesia. Apabila China masih belum bisa diandalkan, ia menyarankan bisa ambil dari India.
"Kondisi iklim paling bagus buat bawang putih yakni sub tropis. Jadi China atau India cocok untuk komoditas ini. Walaupun di beberapa daerah di Indonesia juga ada yang bisa digunakan untuk pertanian bawang putih. Tapi skalanya masih untuk pembibitan," ujarnya.