Liputan Khusus
Berita Jateng: Harga Bawang Putih di Jateng Meroket Kenapa, Ternyata Ini Penyebabnya
Akhir-akhir ini harga bawang putih di pasaran terus meroket. Banyak yang berasumsi kenaikan harga bawang dikarenakan virus corona
"Nanti kalau belanja secukupnya saja. Takut malah rugi. Saat harga bawang putih tinggi saya tidak berani mengurangi porsi. Takut mengubah rasa. Harga makanan juga tidak saya naikkan. Hanya saja keuntungannya jadi tipis," tegas ibu rumah tangga ini.
Justru yang selama ini ia sesalkan adalah harga cabai yang tak kunjung turun. Karena makanan yang ia jual cenderung banyak menggunakan cabai. Cabai mencapai Rp 100 ribu sekilogram.
"Padahal dulu cabai cuma Rp 20 ribu sekilonya. Ya saya harap harga bawang putih maupun bahan pokok lainnya bisa cepat stabil. Karena bagi saya itu sangat berpengaruh," ucap dia.
Selain Monica, ada pula Kartini yang memiliki usaha katering yang ia beri nama HK. Setidaknya setiap hari Kartini harus membuat 30 porsi nasi beserta lauk untuk pesanan sebuah kantor.
"Tapi saya kalau beli bawang putih maupun bawang merah tidak pernah kiloan. Cukup kasih uang Rp 100 ribu tergantung pedagang dapatnya berapa. Kalau harga naik seperti ini ya hanya dapat sedikit," katanya.
Sama halnya dengan Monica, Kartini tidak ingin mengurangi porsi penggunaan bawang putih. Sebab ia takut akan mengubah cita rasa dan membuat pelanggannya kecewa.
"Tidak berani. Takut rasanya berubah. Karena jual makanan yang dinilai kan dari rasanya. Tapi ya itu, untungnya jadi tipis," beber wanita yang tinggal di Tambakaji, Semarang ini.
Ia pun berharap pemerintah segera melakukan tindakan supaya harga bahan pokok kembali stabil. Sebagai pengusaha katering yang masih merintis, kenaikan harga bahan pokok sangat berpengaruh sekali.
"Semoga saja harga cepat stabil," pungkansya. (tim)